Dalam penelitian mereka mengenai kampanye presiden 1968, McCombs dan Shaw menemukan bahwa media memberikan perhatian yang lebih besar pada isu-isu tertentu, yang pada gilirannya mempengaruhi opini publik tentang masalah mana yang penting. Sebagai contoh, jika media terus-menerus memberitakan tentang perubahan iklim atau masalah sosial tertentu, maka isu tersebut akan menjadi lebih penting dalam benak masyarakat, meskipun mungkin isu-isu tersebut sebelumnya tidak mendapatkan perhatian yang sama.
- Teori Kritis Frankfurt School
Teori kritis yang dikembangkan oleh para pemikir dari Frankfurt School, seperti Theodor Adorno dan Max Horkheimer, mengkritik peran media dalam masyarakat kapitalis. Mereka berpendapat bahwa media massa berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan dominasi ideologi yang menguntungkan kelas penguasa, dan media mengkondisikan masyarakat untuk menerima sistem sosial yang ada. Dalam perspektif ini, media tidak hanya berfungsi untuk mengedukasi atau menginformasi, tetapi juga untuk mengekalkan status quo sosial dan ekonomi.
Adorno dan Horkheimer memperkenalkan konsep "industrialisasi budaya," yang menggambarkan bagaimana produksi budaya, seperti musik, film, dan televisi, telah dijadikan komoditas yang diproduksi secara massal untuk dijual kepada audiens. Hal ini berpotensi mereduksi keragaman budaya dan lebih mementingkan keuntungan ekonomi daripada nilai-nilai budaya yang lebih dalam. Adorno menganggap media sebagai bagian dari "industri budaya" yang menyamakan selera masyarakat dan mendorong konformitas.
- Teori Konstruksi Sosial Realitas
Teori konstruksi sosial realitas, yang banyak dikembangkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (1966) dalam bukunya The Social Construction of Reality, mengajukan pandangan bahwa realitas sosial tidak sepenuhnya objektif atau tetap, tetapi dibentuk melalui interaksi sosial dan komunikasi. Dalam konteks media, teori ini berpendapat bahwa media berfungsi untuk "mengonstruksi" realitas sosial, yaitu dengan memberi makna pada peristiwa atau fenomena sosial melalui narasi tertentu.
Media berperan penting dalam membentuk bagaimana kita memahami dunia, membentuk identitas, dan menentukan apa yang dianggap penting atau benar dalam masyarakat. Misalnya, media berperan dalam mengonstruksi realitas tentang gender, ras, kelas sosial, dan banyak lagi. Dalam hal ini, media tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi juga menciptakan makna sosial dan budaya yang diterima oleh masyarakat.
- Teori Teknologi dan Media Baru
Dengan kemajuan teknologi digital, media sosial, dan internet, muncul teori-teori baru mengenai pengaruh media dalam masyarakat. Salah satu pemikir penting dalam hal ini adalah Manuel Castells, yang dalam karyanya The Rise of the Network Society (1996) menjelaskan bagaimana teknologi informasi dan komunikasi (ICT) telah menciptakan masyarakat jaringan. Dalam masyarakat ini, media baru, terutama internet dan media sosial, tidak hanya menghubungkan orang secara langsung, tetapi juga mengubah struktur sosial dan ekonomi secara fundamental.
Menurut Castells, media baru telah menghasilkan apa yang disebutnya sebagai "ruang publik digital," yang memungkinkan individu untuk berbagi informasi, ide, dan pendapat dalam ruang yang terhubung secara global. Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat menciptakan polarisasi dan memperburuk fragmentasi sosial, karena individu cenderung berinteraksi dengan orang yang memiliki pandangan serupa dan menghindari perbedaan pandangan.
IV. Peran Media dalam Pembentukan Identitas Sosial dan Budaya
Media berperan sangat besar dalam membentuk identitas sosial dan budaya masyarakat. Melalui media, individu dan kelompok sosial membangun pemahaman mereka tentang dunia, tentang diri mereka sendiri, serta hubungan mereka dengan kelompok sosial lain. Identitas sosial adalah hasil konstruksi sosial yang terbentuk melalui interaksi sosial dan komunikasi, dan media memainkan peran penting dalam proses ini.
- Representasi dalam Media
Salah satu cara media membentuk identitas sosial adalah melalui representasi kelompok-kelompok sosial. Media sering kali menciptakan gambaran atau stereotip tentang kelompok tertentu, seperti gender, ras, etnis, dan kelas sosial. Representasi ini bisa positif atau negatif, dan sering kali tidak mencerminkan kompleksitas atau keragaman yang sebenarnya ada dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, dalam banyak film atau iklan, perempuan sering digambarkan dalam peran yang terbatas, seperti sebagai ibu rumah tangga atau objek seksual, sementara representasi laki-laki lebih beragam dan penuh kekuatan.Begitu pula dengan representasi ras dan etnis dalam media, yang dapat membentuk pandangan masyarakat terhadap kelompok tertentu. Pada masa lalu, media sering kali menggambarkan orang kulit hitam sebagai individu yang terbelakang atau kriminal, sementara orang kulit putih digambarkan sebagai pahlawan atau tokoh utama. Seiring berjalannya waktu, ada perubahan dalam representasi ini, meskipun tantangan untuk menciptakan representasi yang lebih adil dan akurat masih terus berlangsung.
- Media dan Pembentukan Budaya Populer
Media juga berperan penting dalam menciptakan budaya populer, yaitu kebudayaan yang diterima dan dipraktikkan oleh mayoritas masyarakat. Film, musik, televisi, dan internet adalah saluran utama untuk penyebaran budaya populer. Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi selera, perilaku, dan pandangan dunia masyarakat. Misalnya, fenomena streaming film dan musik online, seperti yang terjadi pada Netflix, Spotify, dan YouTube, telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi hiburan dan budaya.