Mohon tunggu...
imam buchori
imam buchori Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya suka olahraga sepakbola, hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Mengikuti Asistensi Mengajar Mahasiswa PPKn Universitas Negeri Malang di SMK Cendika Bangsa Kepanjen

16 Desember 2024   23:09 Diperbarui: 16 Desember 2024   23:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Halo! Kami adalah mahasiswa Asistensi Mengajar dari program studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kali ini, kami ingin berbagi pengalaman selama mengikuti program Asistensi Mengajar di SMK Cendika Bangsa Kepanjen. Asistensi Mengajar (AM) adalah salah satu program penting yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar langsung di lapangan. Kegiatan ini bertujuan memberikan pengalaman mengajar nyata, mempraktikkan teori yang telah dipelajari, dan mengasah kemampuan komunikasi, manajemen kelas, serta pengembangan bahan ajar. Asistensi Mengajar merupakan kegiatan pembelajaran kolaboratif yang melibatkan mahasiswa di bawah bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing lapangan di satuan pendidikan formal. Kami melakukan program Asistensi Mengajar pada semester 5, yang dilaksanakan selama satu semester atau setara dengan 20 SKS. Tujuan utama dari Asistensi Mengajar adalah mendukung pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia sekaligus menerapkan hasil pembelajaran kreatif dan inovatif dari Universitas Negeri Malang untuk meningkatkan mutu proses belajar-mengajar di sekolah.

Berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti), Universitas Negeri Malang wajib merancang dan melaksanakan pembelajaran inovatif untuk membantu mahasiswa mencapai target pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal. Dalam Pasal 18 SN Dikti disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran dalam program studi di perguruan tinggi, proses pembelajaran di luar program studi, atau kombinasi keduanya, sesuai kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu bentuk implementasi MBKM di Universitas Negeri Malang adalah kegiatan Asistensi Mengajar yang melibatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan mitra, mencakup bidang akademik dan non-akademik.

Sekolah tempat kami melaksanakan program Asistensi Mengajar di SMK Cendika Bangsa Kepanjen yang beranggotakan 9 mahasiswa dari program studi yang berbeda yaitu program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Pendidikan Sejarah.Selama program asistensi mengajar, kami aktif dalam berbagai kegiatan. Di bidang akademik yaitu kami mengajar, membuat modul ajar, dan membantu kegiatan akademik lainnya yang ada di sekolah. Selain itu, kami turut membantu di administrasi sekolah dan membuat tugas luaran Asisten Mengajar  seperti video, artikel, dan laporan kegiatan.

Program Asistensi Mengajar dimulai pada tanggal 26 Agustus 2024. Semua mahasiswa Asistensi Mengajar datang 06.30 dan mengikuti upacara bendera. Setelah upacara selesai, sekolah melakukan penyambutan kepada mahasiswa Asistensi Mengajar dan melakukan perkenalan para mahasiswa Asistensi Mengajar, guru pamong, kepala sekolah, waka manajemen, waka kesiswaan, dan waka akademik. Selanjutnya, kami dengan guru pamong berbincang terkait buku pegangan guru, kelas yang akan diajar, dan berkeliling sekolah. Sebagai mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, kami ditugaskan untuk mengajar di berbagai kelas. Materi yang diajarkan yaitu bangga sebagai bangsa Indonesia, perumusan dan pengesahan UUD NRI Tahun 1945, hak dan kewajiban warga negara. Sebelum mengajar, kami harus membuat modul ajar sebagai panduan pembelajaran.

Pada kegiatan mengajar di kelas kami diberikan kelas yang berbeda-beda. Guru pamong membagi setiap satu orang mendapatkan dua kelas. Di SMK Cendika Bangsa Kepanjen guru PPKn ada 2 yaitu Bu Hayu dan Bu Dini. Jadi, ada 2 mahasiswa yang mendapatkan kelas Bu Hayu dan 1 mahasiswa mendapatkan kelasnya Bu Dini. Kelas X AKL dan X EKW diampu oleh mahasiswa yang bernama Dewi Habibah, kemudian kelas X MP A dan MP B diampu oleh mahasiswa yang bernama Imam Buchori, selanjutnya kelas X DKV dan X DPB diampu oleh mahasiswa yang bernama Riki Krisnadi.

Pada tanggal 11 September 2024 untuk pertama kalinya kami mengajar di kelas masing-masing yang sudah dibagi. Untuk pertama kali mengajar kami masih dipantau oleh guru pamong. Pengalaman yang didapat selama mengajar kelas yang diampu oleh Dewi Habibah yaitu kelas X AKL dan X EKW sangat banyak, mulai dari cara mengelola kelas yang baik, menangani siswa yang sulit diatur, hingga membuat modul ajar dan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Media pembelajaran yang dipakai di kelas X AKL dan X EKW yaitu prezi. Dengan menggunakan prezi ini menjadi menarik perhatian siswa untuk membuka terus menerus dan dibaca berulang kali. Selain itu, pengalaman yang di dapat selama  mengajar adalah perbedaan dari kedua kelas tersebut yang sangat berbeda jauh. Pada kelas X AKL ini saat diterangkan mereka sangat pasif dan ada yang tidak mendengarkan, tetapi saat diberi tugas mereka langsung mengerjakan dan tugas yang dibuat hasilnya selalu memuaskan. Sedangkan di kelas X EKW ini mereka lebih suka bercanda dan sangat aktif, tetapi ketika diberi tugas ada yang langsung mengerjakan dan ada yang tidak mengerjakan. Jadi, saat pertemuan berikutnya kebanyakan lupa dengan tugasnya dan berujung mengerjakan di kelas.

Saat pertama kali melangkahkan kaki ke kelas X MP A dan X MP B, jujur saja saya merasa agak canggung. Atmosfer kelas yang didominasi oleh siswi perempuan membuat saya sedikit ragu untuk memulai interaksi. Namun, rasa malu itu perlahan sirna seiring berjalannya waktu. Saya mulai membiasakan diri dengan lingkungan baru ini dengan cara mengajak mereka berbincang-cakap ringan, baik tentang materi pelajaran maupun hal-hal di luar kelas. Tujuannya sederhana, agar suasana belajar menjadi lebih cair dan hubungan antara saya dengan siswa-siswi semakin akrab. Tidak bisa dipungkiri, pengalaman mengajar di kelas yang didominasi perempuan ini telah memberikan banyak pelajaran berharga. Saya belajar bahwa menjadi seorang pendidik tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran. Kesabaran dan ketekunan adalah kunci utama dalam membangun hubungan yang baik dengan siswa. Terkadang, saya harus ekstra sabar menghadapi berbagai karakter dan gaya belajar yang berbeda-beda. Namun, semua itu terbayar lunas ketika melihat antusiasme mereka dalam mengikuti pembelajaran. Saya merasa sangat beruntung bisa mengajar di kelas X MP A dan X MP B. Siswa-siswi di kelas ini sangat menyenangkan dan mudah diajak berkomunikasi. Mereka tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kehadiran mereka telah memotivasi saya untuk terus belajar dan mengembangkan diri sebagai seorang pendidik.Terima kasih, X MP A dan X MP B! Kalian telah memberikan pengalaman mengajar yang tak terlupakan. Saya berharap kita bisa terus bekerja sama dan belajar bersama di masa mendatang.

Pengalaman saya mengajar di sekolah SMK Cendika Bangsa Kepanjen merupakan pengalaman baik dan juga menantang sekaligus menyenangkan. Mengajar Mata pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan di tingkat SMK ini merupakan pengalaman pertama saya, mengajar siswa-siswi yang dalam hal umur tidak berbeda jauh atau sama sama dalam satu generasi yaitu gen z. Kelas 10 merupakan fase transisi bagi siswa dari pendidikan SMP ke jenjang SMK yang lebih fokus pada bidang keahlian tertentu. Mengajar kelas 10 di bidang keahlian Desain Komunikasi dan visual serta bidang Desain dan Produksi Busana sangatlah menyenangkan, karena proses pembelajaran di kelas berjalan sangat positif dan tidak hanya belajar satu arah melainkan dua arah. Selain mengajar saya juga banyak belajar dari mereka, baik belajar mengenai visual dan desain busana atau sejenisnya. Khususnya desain produksi busana atau sejenisnya merupakan pengalam pertama saya dalam hal ini membuat asesoris ataupun souvenir, yang pembuatannya menggunakan bahan bahan yang kebanyakan sudah tidak terpakai namun masih bisa didaur ulang. Sebagai calon guru, pengalaman-pengalaman ini juga menjadi pembelajaran bagi saya untuk terus berinovasi ataupun berkreasi hal baru dalam pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun