Mohon tunggu...
imam asyari rifai
imam asyari rifai Mohon Tunggu... News Anchor -

Lahir dan Besar di Republik Indonesia, beserta segala kerusakan moral, budaya, dan lingkungannya. Tumbuh menjadi insan cerdas dengan belajar, bertanya, dan berpendapat. Dirgahayu Republik Indonesia, Ayo Kerja!

Selanjutnya

Tutup

Money

Perlukah Pimpinan Memahami Proses Bisnis Digital?

30 Maret 2017   20:08 Diperbarui: 30 Maret 2017   20:39 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Terlalu panjang rasanya jika saya harus mengupas kisah tentang bagimana  seorang Mark membangun facebook, bagimana seorang Steve melambungkan apple hingga pelosok dunia, bagimana Bill mengembangkan microsoft dan teranyar bagimana dua sahabat (larry and sergey) menciptakan mesin percarian Google. Semua tokoh yang Saya sebutkan tadi mungkin tidak asing bagi kompasian -bahkan Saya percaya-  Anda sudah pernah me-review tentang life story mereka atau bahkan! Anda sudah menyaksikan film Facebook, sebuah kisah hidup Mark dalam membangun Start up-nya semasih dibangku kuliah dan sekarang bertanggung jawab atas interaksi 2 Milyar manusia di Bumi.  

Ya, bagi sebagian orang yang menggeluti bidang TI (Teknologi Informasi) mereka adalah roll model untuk menciptakan karya serupa atau sedikit berbeda dengan sentuhan yang lebih barbau Indonesia, misalnya Go-Jek. Sebuah Platform (atau wadah) tempat bertemunya pengguna jasa dan penyedia jasa, Ojek. Tokopedia, bentuk pasar digital (marketplace) dimana anda bisa membuka toko tanpa harus membayar sewa Ruko seharga jutaan rupiah. Atau Bukalapak, yang kurang lebih sama seperti Tokopedia. 

Anggaplah mereka semua tidak relevan dengan bisnis yang sedang Anda jalani saat ini. Namun, tanpa kita sadari, aktivitas bisnis kita tetap bersentuhan dengan dunia mereka. Sebut saja Whatsapp. Mostly, chat room seperti Whatsapp terdapat di smartphone kita, dan beberapa kesempatan Anda gunakan untuk berjualan. Iya, berjualan ke sahabat, keluarga, komunitas, atau loncat dari satu group ke group lain. 

Pada dasarnya, jika Saya gunakan cara berfikir sederhana (sangat sederhana), mereka membangun "wadah komunikasi". Mereka mengumpulkan puluhan juta orang untuk datang ke wadah mereka dan menyajikan produk-produk yang bahkan kebanyakan bukan datang dari mereka, tetapi datang dari sesama pengguna. Memang bukan perkara gampang membangun wadah seperti Facebook, Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dsb. Tetapi, perlu Anda garis bawahi, ini adalah masa depan. Kita tidak bisa menapisnya dan dengan gampang berbicara "Tidak Perlu"!

Mengapa ? karena raksasa seperti Sinarmas, Ciputra, Trans, dan banyak lagi -yang mungkin Anda tidak begitu akrab dengan holdings group tersebut jika Saya jabarkan- mereka kini sudah mulai membuka mata, dan mulai mendirikan Incubator (mesin penetas) untuk menelurkan "wadah komunikasi" bagi orang-orang yang separuh dari kehidupanya ada di Internet. 

Apakah dengan digital marketing cukup ? Sangat cukup! Namun, kurang sempurna. Menggunakan metode SMO (Social Media Optimization) tidak membantu anda untuk mendapatkan data uniq (spesifik) dari target konsumen Anda. Perlukah data tersebut ? Jawabanya kembali kepada kebutuhan bisnis Anda. Dengan data uniq tersebut, kita bisa mengumpulkan data demografis, geografis, email, nomor handphone dan bahkan data pendapatan dan pengeluaran. Jika Anda seorang pebisnis handal tentu mengerti pentingnya data itu bagi kelangsungan bisnis Anda. Lalu ? 

Mulailah untuk terlibat kedalam aktivitas digital. Hadiri event yang berbau digital, yang mulai berjamur di beberapa kota di Indonesia. Jika Anda berdomisili dikisaran  Jabodetabek, Saya merekomendasikan Purwadhika School (BSD Serpong) sebagai wadah Anda menggali informasi tentang dunia digital. Jangan takut jika Anda merasa terlalu Tua atau terlalu Muda, disana adalah surga digital, dimana semua yang datang akan kembali ke usia 17 Tahun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun