Mohon tunggu...
Imam Aji Satria Prabowo
Imam Aji Satria Prabowo Mohon Tunggu... -

Manusia cerdas itu manusia yang memiliki pemikiran sederhana tapi berdampak besar bagi umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Indonesia Mau Tenggelam?

26 Februari 2014   21:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13933993421279265693

[caption id="attachment_314084" align="alignnone" width="600" caption="Mongabay.co.id"][/caption]

Memasuki bulan Maret, wilayah-wilayah di Indonesia masih diguyur hujan dengan intensitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan sungai dan kali-kali meluap, tanggul jebol, dan sebagainya. Akibatnya tentu saja banjir yang tak terhindarkan. Jika kita lihat, sejak awal tahun 2014 ini banjir terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, tidak hanya Jakarta yang tiap tahun memang langganan banjir, tetapi banjir juga menyebar di Jawa, Sulawesi, hingga Papua.

Banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara, 15 Januari lalu, rasanya meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat. Ribuan rumah rusak, belasan orang tewas, dan sekitar 80 ribu jiwa terkena dampaknya. Begitu pula dengan banjir yang disusul tanah longsor di Papua baru-baru ini, menyebabkan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya.

Lalu, bagaimana dengan banjir di pulau Jawa? BMKG mengklaim bahwa banjir Jakarta tahun ini tidak separah banjir tahun sebelumnya. Tetapi parahnya, banjir tahun ini juga terjadi di banyak wilayah di pulau Jawa. Banjir Pantura dan Subang Jawa Barat membuat banyak kondisi lalu lintas menjadi lumpuh. Jalur utara dialihkan semuanya menuju jalur selatan. Akibatnya, terjadi kemacetan luar biasa di daerah selatan Jawa. Aktivitas warga pun ikut terhambat. Jika kita akumulasi, berapa besar kerugian yang diterima bangsa ini akibat banjir 2014? Tentu hasilnya bukanlah jumlah yang sedikit.

Apa sebenarnya yang menjadi penyebab bencana alam ini? BMKG menilai, sebagian banjir ini terjadi akibat anomali cuaca, yaitu kondisi cuaca yang menyimpang dari keseragaman sifat fisiknya. Banjir Manado misalnya, banjir bandang ini terjadi karena adanya pusaran tekanan udara rendah (depresi) di utara Filipina yang berpengaruh terhadap daerah sekitarnya. Pengaruh ini berupa intensitas hujan yang sangat tinggi di Indonesia, termasuk di kota Manado.

Namun, apakah semua bencana ini murni akibat anomali cuaca tersebut? Tentu tidak. Jika kita sebagai warga mampu menjaga alam ini dengan baik, bencana yang diterima tidak akan sebesar yang terjadi baru-baru ini. Bencana-bencana yang menimpa bangsa ini juga terjadi karena daya dukung lingkungan yang makin lemah, kerusakan hutan, pegunungan yang gundul, penyempitan daerah resapan air, alih fungsi sungai menjadi tempat pembuangan sampah, dan sebagainya. Tentu saja semua itu adalah ulah kita.

Sayangnya, kita terlalu lalai dan tidak menyadari semua itu. Saat bencana melanda, kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menyalahkan pemerintah dan para petinggi negara ini. Lambatnya bantuan untuk para korban bencana alam selalu menjadi keluhan semua warga. Para petinggi di negara ini dianggap tidak becus mengurus Indonesia. Sebagai warga, kita hanya menuntut para pejabat untuk bertindak ini dan bertindak itu. Lalu sadarkah kita, apa yang kita lakukan setiap hari lah yang sebenarnya menjadi faktor penting terjadinya bencana-bencana itu. Sekecil apapun hal negatif yang kita lakukan, membuang sampah sembarangan misalnya, itu semua berkontribusi menciptakan bencana-bencana ini.

Kita seolah menutup mata terhadap hal-hal baik yang dilakukan para petinggi negeri ini. Padahal, jika kita lihat, banyak yang sudah mereka lakukan untuk kita. Salah satunya Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Bersama Kelompok Usaha Bakrie (KUB), ARB memiliki program Hijau untuk Negeri, yaitu upaya penjagaan lingkungan yang dilakukan KUB untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Hijau untuk Negeri ini dilakukan dalam bentuk program pelestarian lingkungan, program penanaman pohon, serta konservasi hutan. Program ini diharapkan dapat mendukung program gerakan menanam 1 miliar pohon yang dicanangkan pemerintah.

Seandainya kita membuka mata, kita pasti tahu betapa banyak hal yang dilakukan oleh para petinggi di Indonesia untuk bangsa ini. Sayangnya, kita tidak melihat itu dan berpangku tangan. Pekerjaan kita hanya menuntut dan menuntut, tanpa melihat apa yang sebenarnya sudah mereka lakukan.

Jika pekerjaan kita hanya menuntut, lalu siapkah kita untuk dituntut? Siapkah kita dituntut oleh generasi berikutnya atas apa yang telah kita lakukan selama ini? Siapkah kita melihat keturunan-keturunan kita kelak jauh lebih menderita akibat ulah kita? Jika tidak, apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun