Mohon tunggu...
Imam Adryan
Imam Adryan Mohon Tunggu... -

mahasiswa uin sunan kalijaga yogyakarta prodi ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan humaniora angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Seorang Pedagang Sayur Naik Haji

30 September 2014   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:53 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah seorang wanita hebat yang memiliki cita-cita yang sangat mulia untuk pergi ke tanah suci, perjuangannya sangat menginspirasi banyak orang karena ia mampu mengobarkan api semangat dalam jiwanya yang terus menyala dan membara. Tak pernah ada kata lelah atau bahkan menyerah sedikitpun yang keluar dari mulutnya. Tak pernah dia lelah untuk mengumpulkan uang dagangannya untuk menggapai semua angannya, karena dia melakukan ini ikhlas demi sang pencipta alam dan semangat juang yang di berikan oleh almarhum suaminya.

Tidak ada hari yang di lewatinya tanpa bekerja keras. Yah, kata-kata itulah yang selalu ada di dalam benaknya, walaupun ia hanya berjuang seorang diri tanpa ada yang membantu mengusahakan untuk mewujudkan mimpinya itu. semangatnya yang tinggi membuatnya tak peduli akan keringat yang terus bercucuran hingga membasahi tubuhnya dan semua itu ia lakukan untuk mencapai keinginannya. Inilah awal dari kisahnya ..

Akhirnya, keinginan seorang penjual sayur asal klaten Jawa Tengah untuk pergi ke tanah suci itu terwujud selama 20 tahun. Mimpi yang selama ini dia idamkan akhirnya kesampaian juga berkat semangat dan kerja kerasnya. tukang sayur itu menyisihkan sebagian hasil dagangannya agar dapat ditabung untuk biaya naik haji.

Sejak pagi ibu yang memilki inisial S itu sudah sibuk menyiapkan barang dagangannya di kiosnya yang letaknya pas di samping rumah kontrakkannya,  di daerah klaten jawa tengah. Ibu S sudah berjualan sayur berkisar selama 30 tahun. Sebelumnya ibu S berjualan sayur keliling kampung dengan membawa sayur dagangan nya  menggunakan gerobak dorong dan itu sedikit memerlukan tenaga yang cukup ekstra untuk mendorongnya. Namun semenjak 13 tahun terakhir ini dia memilih berjualan membuka kios di samping kontrakannya. Tekad untuk bisa menjalankan rukun islam yang ke lima ini mendapat dorongan sejak suami ibu yang berinisial S ini masih hidup. ia sangat rajin menyisihkan sebagian uang hasil penjualan sayurnya untuk di tabung. Penghasilan yang di dapat dari hasil penjualan sayurnya per hari hanya mencapai 25 hingga 30 ribu rupiah, namun ibu S tetap rajin mengumpul kan uang demi bisa mendaftarkan ibadah haji. Setelah selama 20 tahun menabung akhirnya ibu S bisa mendaftarkan haji pada tahun 2010 lalu. Sesuai jadwal, ibu S akan berangkat haji tahun ini.

Bergabung dengan kloter 90. ibu menegaskan ‘ bahwa dia menyisihkan penghasilanya 5 ribu perhari, dan yang terpenting untuk bisa sampai naik haji adalah niat. Rencananya ibu S akan berangkat ke tanah suci pada bulan di tahun ini. Ibu S telah membuktikan, dengan tekad kuat dan niat yang ikhlas bisa mengantarkan ibadah haji meskipun hanya dari berjualn sayur.

Tidak ada usaha yang sia-sia dan tidak ada usaha yang berakhir dengan kegagalan. Semua orang bisa karena ia pernah mencoba dan berani untuk gagal. Yang namanya kata menyerah itu tidak dalam kamusnya. Lebih baik mencoba tapi gagal daripada tidak sama sekali. Maka dari itu untuk semua masyarakat indonesia yang hidup dalam kekurangan, janganlah pernah mengeluh akan kondisi hidupmu saat ini, karena mungkin tuhan mu telah memilki rencana yang terbaik suatu saat nanti. Walaupun entah kapan datangnya waktu itu. Sekarang tugasmu hanyalah menjalani setiap hidup dengan doa dan semangat kerja keras, karena yang bisa menentukan hidup mu hanya lah dirimu sendiri, seperti yang terkandung dalam al quran ”Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak mengubah nasibnya”. Tetapi kalau allah telah berkehendak apapun yang di inginkan pastilah akan terjadi. Never give up and keep spirit..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun