Mohon tunggu...
Gus Imam
Gus Imam Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan

Saya adalah seorang hamba Allah yang berusaha dan ingin selalu berada di atas Al Haq (kebenaran), yang mempelajari islam di atas pemahaman para shahabat radhiyallahu'anhum dan mencoba istiqomah di atasnya. Insya allah bi'idznillah. Allah telah berfirman : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (QS. AT TAUBAH : 100). Wallohu a'lamu bish showab

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Wacana Penghapusan OTT, Reformasi Sistemik atau Otoritarianisme Terselubung

22 November 2024   20:57 Diperbarui: 23 November 2024   00:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana Menurutmu Wacana Hapus OTT

Paradigma Perlawanan

Wacana penghapusan OTT bukan sekadar isu hukum; ia adalah pertempuran ideologi antara rakyat dan elit penguasa. Rakyat membutuhkan kepastian bahwa keadilan akan ditegakkan, sementara elit sering kali menggunakan narasi reformasi untuk mengamankan kepentingan mereka. Dalam situasi seperti ini, masyarakat tidak boleh hanya menjadi penonton pasif. Gerakan sosial-politik harus menguat, menuntut transparansi dalam setiap kebijakan yang memengaruhi fondasi demokrasi.

Kita hidup di era di mana wacana bisa menjadi alat manipulasi. Di bawah bayang-bayang narasi kemajuan, penghapusan OTT dapat menjadi pintu masuk bagi kemunduran sistemik. Untuk itu, masyarakat harus lebih kritis, tidak mudah terjebak dalam retorika tanpa substansi.

Kesimpulan: Menantang Status Quo

Penghapusan OTT bukan hanya tentang mekanisme hukum; ini adalah soal keberpihakan kepada siapa kekuasaan akan diberikan: rakyat atau elit. Jika penghapusan ini dilakukan tanpa mekanisme pengawasan alternatif yang setara, kita tidak hanya melangkah mundur, tetapi juga menyerahkan masa depan bangsa kepada oligarki.

Masyarakat harus bangkit, memanfaatkan momentum ini untuk mendesak reformasi yang sejati, bukan reformasi semu. Wacana ini adalah ujian bagi bangsa, apakah kita siap melangkah menuju kemajuan yang sejati, atau justru kembali tenggelam dalam gelapnya kemunduran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun