Mohon tunggu...
Imam Santoso
Imam Santoso Mohon Tunggu... Dosen - Pembantu Ketua III STAI Al-Fatah Bogor

Akademisi dan Expert di Bidang Public Relations dan Branding Program, Jurnalis Independen, Konsultan Komunikasi dan aktifis sosial media, Dai dan alumni Pondok Pesantren Al-Fatah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mencari Kebakaran Hutan Papua (Part 2)

15 November 2016   14:04 Diperbarui: 15 November 2016   14:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan ke Papua sungguh tak terlupakan. Betapa tidak, negeri paling timur di Indonesia yg dipersepsikan sangat terbelakang, ternyata salah besar. Negeri ini sudah maju dan potensi kedepan akan lebih maju lagi.

Dalam perjalanan ke Papua untuk mencari kebakaran dan dampak kebakaran hutan di Papua (di kisahkan di Part 1), kami transit di Bandara Sentani Jayapura.  Bandaranya cukup besar. Mampu mendaratkan Garuda Boing 737 900 atau bahkan pesawat lebih besarpun memungkinkan. Kepadatan  penerbangan di Bandara ini juga cukup tinggi. Terlihat kerapihan dan kebersihan di bandara ini. Selain warga biasa, beberapa expatriat terlihat diantara para penumpang pesawat.

Keteraturan sebuah kota biasanya tercermin dari bandaranya. Saya membuktikannya di kota Merauke. Kota kecil tepat berbatasan langsung dengan Papua Nugini, Bandara di Merauke pun cukup besar untuk sebuah kota kabupaten. Rapi dan teratur.  Kotanya juga rapi dam ramai. Segala fasilitas di kota ini tersedia. Supermaket, salon bahkan panti pijat 😃 .

Tak cukup sampai disini kekaguman saya terhadap negeri Papua ini.  Ketika ke kota Asiki yg berjarak hampir 300km dari Kabupaten Merauke, hampir seluruh perjalanan sudah mulus berlapis aspal.

Tentu saja pemandangan ke Kota  Asiki sangat asyik. Terkadang melewati rimbunan hutan, sungai yang berkelok, hamparan kebun yang luas, bukit yang sambung menyambung. Intinya mata disajikan dalam panorama eksotis yg sulit terlupakan.

Panjangnya perjalanan ke Kota Asiki tak terlalu mengkuatirkan khususnya soal ketersediaan makanan. Beberapa lokasi di sepanjang perjalanan sudah tersedia. Banyak pedagang makanan yang menyediakan berbagai makanan. Juga tak perlu meragukan kehalalannya khususnya bagi umat muslim. Para pedagang makanan kebanyakan pendatang dari Pulau Jawa yang beragama Islam. Katanya ayamnya potong sendiri secara Islam.

Sesampai di Kota Asiki, selain mencari tau tentang kebakaran hutan yang di gembar-gemborkan sebuah LSM asing, saya penasaran juga dengan kehidupan masyarakatnya.

Secara khusus saya memperhatikan masalah toleransi. Di Asiki di dominasi oleh warga Kristen, walaupun demikian, sangat terasa harmonisnya penduduk di Kota kecil ini. Kebetulan saya berada di kota ini pada hari Jumat. Di Kota Asiki ini ada sebuah masjid yang di bangun oleh Korindo. Lumayan besar Masjid ini. Mampu menampung hingga 1000 jamaah. Masjid ini sangat penuh pada waktu solat Jumat. Tak ada bedanya dengan masjid-masjid di pulau Jawa yg dipadati ketika sholat Jumat. Masjid ini sangat lengkap fasilitasnya, mulai dari halaman yg luas, ada sekolah Paud dan bahkan disini juga dilengkapi madrasah. Disamping Masjid ini, bahkan dibangun taman yang sangat luas dan Indah sebagai tempat bermain anak anak dan warga  Asiki. Terasa tak berada di Papua ketika berada di lingkungan ini.

Bagaimana kehidupan ekonominya? Kami sempat mampir di sebuat pasar di Kota Asiki. Kata para ekonom, untuk memastikan bergeliatnya ekonomi sebuah tempat, datangilah pasarnya.  Di Kota Asiki ini, pasarnya sangat ramai. Ratusan Pedagang berbagai hasil pertanian menjajakan hasil perkebunannya dan pembelinya juga ramai. Dagangan yg di jajakan terlihat sangat segar. Saya membeli se-tandang pisang. Rasanya asli. Manis. Bukan hanya hasil perkebunan di pasar ini karena ada juga yang menjual tekstil, dan kebutuhan  pokok lainnya.

Penduduk di Kota Asiki memang sebagian besar adalah bertani. Baik sebagai petani penggarap ataupun pemilik lahan. Mereka  umumnya pekerja keras dan menikmati hidup. Sebagian juga masih berburu. Untuk pekerjaan berburu ini perlahan mulai ditinggalkan, walaupun beberapa warga mengatakan masih melakukannya karena hobby.

Selain bertani, warga di Kota Asiki juga mulai mengembangkan peternakan ayam.  Peternakan ayam ini cukup menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan protein. "Ayam banyak dibeli pedangang bakso"  ungkap alax yang menjadi peternak ayam pedaging di kota ini.

Bagaimana kebakaran hutan yang dicari? sebagaimana cerita di part 1, kebakaran hutan ternyata tak kutemui. Itu kesimpulanku setelah melihat langsung,  wawancara pimpinan daerah, kepala suku, aparat keamanan dan juga pemuka agama. Belum lagi data-data yang kutemui di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Yang kutemui sebaliknya yaitu Papua yang aman damai dan menyenangkan. Saya melihat Papua ini negeri yang sangat potensial. Saya sangat apreciate pada Korindo yang telah membangun masyarakat beradab di Papua. Jejak keberadaan Korindo sangat terasa di Asiki mulai dari pembangunan sarana ibadah, pemberdayaan ekonomi (Pasar, kebunan karet, taman bermain, Balai latihan kerja, Rumah Sakit, dll) Pemerintah membutuhkan mitra seperti ini bukan hanya mengelola bisnis tetapi juga memberdayakan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun