Mohon tunggu...
Imam Yuwono
Imam Yuwono Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menekan Pengangguran Terdidik Perguruan Tinggi

6 Juni 2022   23:25 Diperbarui: 7 Juni 2022   08:19 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemnaker mencatat, setidaknya terdapat pengangguran terdidik tingkat Perguruan Tinggi di Indonesia sebesar 13,17% terhadap total pengangguran. Tahun 2021 Pengangguran terdidik tercatat sejumlah 1.286.464 orang. Tingginya tingkat pengangguran terdidik disebabkan oleh banyaknya tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa setelah mereka lulus. 

Inilah kenyataanya yang terjadi, lulusan perguruan tinggi tidak hanya dituntut untuk memiliki hard skill yang baik, akan tetapi kemampuan soft skill juga menjadi tak terelakan.

Oleh karena itu, perguruan tinggi diharapkan dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif dan mutakhir agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan selalu relevan dengan tuntutan kebutuhan zaman. Hal ini menjadi penting, mengingat perkembangan dan akselerasi teknologi, informasi dan bisnis saat ini dan di masa depan yang sangat cepat, disruptif, penuh persaingan dan berbagai perubahan berkelanjutan sehingga menuntut disiapkannya sumber daya manusia masa depan yang benar-benar berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Rendahnya employability rate, tidak tersedianya lapangan pekerjaan dibanding dengan jumlah lulusan Perguruan Tinggi tiap tahunnya dan lapangan pekerjaan yang terbatas, perlu adanya dukungan untuk meningkatkan employability rate pada mahasiswa dan dorongan untuk membuka lapangan usaha secara mandiri.

Untuk mempersiapkan lulusan yang memiliki soft skill dan kemampuan membangun lapangan usaha secara mandiri, sudah barang tentu harus dibekali dengan pembekalan yang cukup selama proses pembelajaran, salah satunya adalah kreativitas pembelajaran berwirausaha.  

Peningkatan kemampuan untuk siap berwirausaha tentu saja tidak hanya padatnya pembelajaran di dalam kelas, penciptaan kultur belajar yang baru, menarik, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan capaian pembelajaran pun menjadi perhatian. Konsep pembelajaran di luar kampus sebagaimana diterapkan Kemdikbudristek pada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satunya adalah Program Wirausaha Merdeka (WKM) yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri menjadi calon entrepreneur melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan.

Dalam program WKM ini, para mahasiswa diajak untuk berkolaborasi, beraksi, dan berkesempatan untuk langsung mengasah jiwa berwirausaha, soft skills, dan manajerial, sekaligus mendorong peningkatan pengalaman wirausaha yang langsung diterjunkan di UMKM dengan bimbingan dosen pendamping dan praktisi yang memiliki pengalaman.

Bagusnya program ini, rasanya sangat disayangkan, jika perguruan tinggi melewatkan begitu saja kesempatan yang baik untuk mengajak mahasiswanya berpartisipasi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun