Kata orang: lawan terbesar dan terberat timnas di empat laga sisa Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Putaran Tiga bukan timnas Jepang, melainkan waktu. Anda, para pembaca, boleh setuju, juga sebaliknya. Tapi jika direnungkan, ada benarnya juga.
Faktanya, meski punya waktu jeda sekitar 2,5 bulan, timnas tidak bisa, atau tidak punya agenda laga ujicoba, sebelum melawan Australia dan Bahrain, dalam lanjutan kualifikasi, Maret nanti. Padahal, nahkoda timnas sudah berganti, ada pelatih baru, yang biasanya relatif butuh waktu, agar bisa seirama dengan pemain dalam meramu taktik di lapangan.
Laga melawan Australia 20 Maret nanti seperti laga ujicoba pelatih baru. Ingat, seperti, bukan benar-benar ujicoba. Jika menang, tidak hanya membuka lebar peluang timnas lolos Piala Dunia 2026, melainkan juga bakal menyatukan publik pecinta bola tanah air. Pro kontra pergantian pelatih kemungkinan besar hilang. Move on semua. Â
Tapi, jika sebaliknya, kalah, semoga tidak terjadi, maka publik bisa 'heboh' lagi. Namun, sebagai warga negara yang baik, tetap harus mendukung timnas, dengan akal sehat, siapapun pelatihnya. Â
Trio PAD Kejar Tayang
Untungnya, bumi masih terus berputar, Pak ET dan Trio PAD (Patrick-Alex-Denny) bekerja dengan senyap, tiba-tiba mereka sudah meeting di Eropa. Pecinta bola tanah air yakin, mereka sedang diskusi, mematangkan persiapan di empat laga sisa, terutama untuk melawan Australia dan Bahrain, Maret mendatang. Apalagi, usai diumumkan secara resmi menjadi pelatih timnas, menggantikan STY, Trio PAD langsung tancap gas.
Mereka 'silaturahmi' dengan para pemain timnas, baik pemain di Indonesia, maupun di luar negeri, terutama di Eropa. Maklum, mayoritas pemain timnas saat ini berkarir di Eropa. Bukan cuma di Asia. Sehingga, 'silaturahmi' itu diharapkan bisa menyatukan para pemain dengan tim pelatih baru.
Tujuan utamanya: pemain bisa cepat memahami taktik dan strategi trio PAD dalam empat laga sisa. Sehingga, tim Garuda bisa meraih hasil positif. Minimal bisa meraih 7 poin di empat laga sisa. Tepatnya lolos langsung ke Piala Dunia 2026. Â Â Â
Punya Pemain Bukan Kaleng-Kaleng
Beberapa pemain diaspora timnas Indonesia bukan kaleng-kaleng. Mereka berkompetisi di liga Eropa. Liga paling mentereng di dunia. Ini jadi keuntungan sendiri bagi pemain dan timnas.