Hari ini (6/1), tidak jadi nulis politik lagi, batal membahas MK yang menghapus presidential threshold 20 persen. Bahkan, tulisan tentang hari pertama program makan siang gratis juga batal. Ada yang lebih seru, dunia bola, tepatnya putusan PSSI untuk menyudahi kerjasama dengan STY.
Putusan ini sangat mengejutkan, juga pasti melahirkan pro dan kontra. Ada yang setuju, juga sebaliknya. Kedua kubu sama-sama punya alasan. Misalnya yang pro, salah satu alasan kuatnya adalah selama melatih, STY belum memberikan gelar. Bahkan, STY juga dinilai 'miskin' taktik.
Sedangkan, kubu yang kontra (tidak setuju STY out) menilai bahwa STY tidak seharusnya diberhentikan, minimal menunggu Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Putaran Tiga selesai. Karena meski belum bisa memberikan gelar, tapi STY sudah memberikan perubahan untuk Tim Garuda. Baik dari segi progres ranking FIFA maupun serangkaian hasil positif timnas di level Asia.
Anda, para pembaca, bisa cari sendiri perdebatan dua kubu itu, banyak media mainstream yang membahasnya. Sebagai orang awam di kampung, hanya bisa mendoakan: Tim Garuda terus berkembang dan terbang tinggi. Siapapun pelatihnya. Tepatnya semoga timnas lolos Piala Dunia 2026.
Ganti Pelatih: Kebutuhan/ Ambisi Politik Bola?
Di dunia sepak bola, terutama di Eropa, mem-PHK pelatih di tengah kompetisi, sudah hal biasa, jika pelatih itu dinilai kurang maksimal. Namun, keputusan ini sangat berisiko, sangat berspekulasi. Jika pelatih baru tidak lebih baik, akan makin rumit urusannya. Apalagi, pelatih yang digantikan juga tidak gagal-gagal amat.
Pelatih baru perlu waktu untuk adaptasi, terutama dengan pemain. Juga perlu waktu untuk analisa kekuatan calon tim lawan, termasuk kekuatan tim lawan di empat laga sisa Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Putaran Tiga. Namun, semua pihak harus tetap optimis, apapun itu, timnas harus tetap didukung, siapapun pelatihnya.
Yang pasti, perdebatan pro dan kontra itu sudah hampir mustahil untuk mengubah keputusan itu. Keputusannya sudah final. Sehingga, energi yang ada, lebih baik dimanfaatkan untuk mendukung timnas. Yakin saja, Pak Erick Thohir (ET) punya banyak pengalaman di dunia sepak bola internasional.
Pak ET tahu apa yang seharusnya dilakukan. Ini bukan membela Pak ET, atau mendukung STY out, tapi memang sudah tidak ada pilihan lain. Keputusan itu sudah final. STY juga tampak sudah legowo dalam postingan media sosialnya.
Pak ET pernah menyelamatkan Inter Milan dari keterpurukan. Semoga keputusan ini bagian dari 'penyelamatan' timnas, agar lebih baik lagi, lolos Piala Dunia 2026.