Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... Penulis - warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan UN Akan Menggerakkan Ekonomi Pendidikan?

2 Januari 2025   19:46 Diperbarui: 2 Januari 2025   19:46 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ft. ilustrasi: Diskominfo KWB/ siswa akan belajar lebih giat agar hasil belajarnya maksimal.

Semua kebijakan, apapun itu, pasti ada potensi dampak positif dan negatifnya, juga ada yang pro dan kontra. Karena setiap kebijakan tidak pernah akan bisa menyenangkan semua pihak. Tergantung dari sudut pandang mana orang melihatnya: negatif atau positif.

Hanya saja, biasanya, sekali lagi, biasanya, yang merasa diuntungkan akan mendukung, bahkan seolah rela mati demi kebijakan itu berjalan, dan begitu juga sebaliknya. Yang menolak, mungkin juga tidak diuntungkan, akan mati-matian berargumen, agar kebijakan itu dipertimbangkan ulang. Ini sudah seperti rumus alami, yang tidak perlu dirumuskan.

Namun, sebelum bersikap, sebaiknya menyikapi semua kebijakan dengan kepala dingin, juga akal sehat, agar lebih bijak dalam bersikap. Hal yang sama juga bisa terjadi pada kebijakan pemerintah melalui kementerian terkait tentang penerapan ujian nasional (UN). Rencananya, UN akan dilaksanakan lagi pada tahun 2026, alias tahun Piala Dunia. Semoga Timnas Indonesia lolos Piala Dunia 2026. Amiin.

Dampak Positif dan Negatif UN

Banyak dampak positif yang bisa terjadi jika UN diterapkan lagi. Salah satunya siswa akan lebih serius belajar. Karena ada nilai minimal yang harus diraih jika ingin lulus UN. Bahkan, tidak sedikit dari siswa yang rela menambah jam belajar di luar sekolah, demi ingin lulus.

Seperti melalui bimbingan belajar (bimbel) atau les private. Hal ini juga akan menggerakkan 'ekonomi pendidikan'. Menu ekonomi ini akan bisa lebih menggeliat lagi. Minimal bisa tercipta lapangan kerja lebih banyak melalui bimbel, atau lainnya. Ini sah-sah saja, tidak ada aturan yang dilanggar.

Yang penting satu, oknum pengelola kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah, tidak boleh 'membisniskan' dunia pendidikan. Haram. Pendidikan bukan komoditas bisnis, tapi hak semua anak bangsa. Ingat, anggaran pendidikan paling tinggi dibandingkan sektor lain. Dan, masih banyak lagi dampak positif dari UN, detailnya bisa tanya mbah Google.

Hanya saja, di sisi lain, ada juga dampak negatif yang bisa terjadi dari UN. Salah satunya siswa seakan seperti 'robot'. Mereka dituntut belajar, baik di sekolah, maupun di luar sekolah. Waktu istirahat dan bersosialisasinya kurang, yang ada hanya belajar, belajar, dan belajar, terutama saat akan mendekati UN.

Mereka rela barter waktu istirahat dengan jam belajar tambahan. Seperti ikut bimbel, les private, atau lainnya. Mereka takut tidak lulus UN. Ini bisa jadi aib, baik untuk sekolah, keluarga, atau temannya. Padahal, setiap siswa itu punya kemampuan di bidangnya masing-masing.

Tak hanya itu, UN ini bisa membuat mata pelajaran (mapel) non-UN seperti anak tiri. Cenderung terabaikan. Semua akan fokus pada mapel UN. Mapel lain seakan kurang penting. Jadi pelengkap saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun