Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... Penulis - warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Catatan Pilkada: Jatuh Cinta Vs Butuh Dukungan (01)

25 November 2024   22:50 Diperbarui: 25 November 2024   23:13 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serius: Petugas salah satu TPS sedang bertugas pada Pemilu 2024/ sumber: dok. pribadi

Tebar pesona. Obral janji. Juga peduli, mungkin tepatnya pura-pura peduli. Inilah fenomena yang biasa nongkrong di berbagai media, terutama media sosial (medsos), dalam beberapa minggu terakhir ini.

Namanya juga lagi butuh, tepatnya butuh dukungan suara. Bahkan, terkadang, apa saja akan dilakukan, termasuk melakukan hal-hal konyol, yang diluar kebiasaan. Pokoknya, jika tidak dapat simpati, minimal bisa mencuri perhatian publik. Atau, paling tidak lakunya bisa membuat medsos heboh.

Itulah potret fenomena oknum politisi di nagari Ngalem-Ngalem, saat ini. Maklum, lagi musim politik, harus tebar pesona. Wabah politik itu hampir menjalar ke semua daerah. Padahal, ending ceritanya sudah bisa ditebak: jika sudah terpilih biasa lupa janji. Terkadang, malah acuh tak acuh dengan aspirasi rakyat. Rakyat sering dianggap tidak penting lagi.

Kata orang: rakyat nagari Ngalem-Ngalem sangat baik hati dan pemaaf. Sehingga, kebaikan ini sering dimanfaatkan oleh oknum pejabat, yang hobi lupa janji, atau mungkin tepatnya sengaja lupa janji. Apalagi, terkadang, rakyat Ngalem-Ngalem sungkanan, seakan tak sampai hati untuk menagih janji.

Sehingga, saat musim politik, rakyat Ngalem-Ngalem seolah dipaksa menelan 'nyanyian lagu' monoton, yang diaransemen ulang, tiap lima tahun sekali. Lirik lagu dan nadanya sama, hanya penyanyi dan judul lagunya sedikit dirubah. Pokoknya hanya itu-itu saja, tak jauh dari: pengentasan kemiskinan, pemerataan pembangunan, kesejahteraan, lapangan pekerjaan, pusat ekonomi digital, dan pendidikan gratis.

Rakyat tidak pernah sadar, atau, mungkin, sengaja tidak dibuat sadar, jika lirik lagu itu pernah dinyanyikan lima tahun yang lalu. Sehingga, rakyat seperti jadi korban orang lagi jatuh cinta, atau pura-pura jatuh cinta.

Semua orang tahu, meski tidak semua, orang jatuh cinta, atau minimal pura-pura jatuh cinta, yang bertubi-tubi, akan rela melakukan apa saja, demi mendapatkan cinta, atau minimal dapat perhatiannya. Praktis, sebelum mendapatkan hati pujaan hati, saat musim kampanye cinta, apa saja akan dilakukan, bahkan seolah nyawapun rela digadaikan demi pujaan hati. Namun, ketika sudah mendapatkan, sudah dapat jabatan cinta, lupa akan janji-janji manisnya, meski tidak semua.

Ini tidak salah, sah-sah saja, apalagi, kata orang, terkadang perempuan juga suka diobralin janji manis. Semoga semua pihak sadar, janji adalah hutang. Ada LPJ-annya di akhirat nanti.

Ini cerita musim politik di nagari Ngalem-Ngalem, bukan di negara lain. Maklum, penulis tinggal di kampung, jadi kurang begitu paham kondisi politik di negara +62. Program kerja dan visi-misi yang ditawarkan dunia perpolitikan kurang sampai di kampung.   

Harus Rasional, Bukan Emosional 

Terpesona wajar, terbuai rayuan gombalan cinta juga hal biasa, tapi satu hal yang tidak boleh: logikanya mati. Harus rasional, bukan emosional. Hanya ini yang bisa menyelamatkan kedewasaan dalam demokrasi. Tentunya juga dalam rangka menghadirkan pemimpin yang kompeten. Bukan hanya modal gimmick saja, tapi program kerjanya jelas dan terukur.

Dengan demikian, calon pemimpin akan peras otak, cari program kerja bagus, sesuai kebutuhan rakyat. Bukan sibuk cari gimmick, agar viral. Ingat pesan iklan zaman dulu: untuk anak saja tidak boleh coba-coba, apalagi memilih pemimpin. Nasib jutaan rakyat akan dipertaruhkan lima tahun ke depan. Semoga! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun