Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi Mental di Antara Maling

28 Januari 2015   17:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Irjen Pol (Purn) Ansyad Mbai dalam acara interaktif Indonesia Lawyer Club semalam betul-betul menunjukkan jatidiri Polri sebenarnya, segala persangkaan diluapkannya dalam mimik serius. Ansyad seperti tidak peduli lagi karena rasa sakit tuh disini membuatnya menjadi amuk. Dia mengamuk dan menafikan bahwa setiap perkataannya semalam akan menjadi sejarah hitam yang teramat panjang kepolisian Indonesia.

"Setiap kasus dengan pasal 377, 378 biasanya akan segera penyidik dihampiri oleh pengacara terdakwa dan akan terjadi lah saling pengertian. Dipungkasi dengan perkataan sang pengacara bahwa jaksa sudah diamankan," kurang lebih Ansyad menyampaikan betapa selama ini telah terjalin rasa saling pengertian dan tahu sama tahu dengan lembaga penegakan hukum.

Ansyad ingin memberi tahu pemirsa bahwa kebobrokan moralitas itu telah mahfum dan jamak terjadi. Dia bahkan menantang hadirin pada acara tersebut untuk membantahnya. Segenap pengacara yang hadir bahkan dengan tanpa malu membenarkan lontaran Ansyad tersebut. Luar biasa!

Karni Ilyas yang memoderasi acara sepertinya meloloskan Mbai untuk tetap menyuarakan bahwa tidak ada malaikat atau manusia setengah dewa di negeri ini. Tudingan dia ke Abraham Samad sekaligus 'meludahi' juniornya yang berkeinginan menjadi pemegang tampuk kepemimpinan kepolisian di republik ini. Bahwa sah-sah saja Komjem BG memiliki rekening gendut yang dengan bahasa lugasnya mengatakan itu bisa jadi berasal muasal dari format 'tahu sama tahu' itu sekaligus menohok betapa Samad juga memiliki passion untuk meraih kekuasaan saat pilpres kemaren.

Ungkapan sesama satu guru (ilmu maling mungkin maksudnya) dilarang saling sikut, karena jika ada menyikut akan disikut balik menjadi sebuah clue bagi publik bahwa tengah ada kaum kriminal tengah mementaskan lakon dengan judul Revolusi Mental diantara Maling.

Acara diatas memantikkan cahaya dari lighter merk Zi**o betapa cahaya redup masih bisa menapiskan kegelapan, meskipun sedikit bahwa revolusi mental yang digadang-gadang oleh Jokowi ternyata bukan untuk orang lain yang tidak seide dengan tawaran saat kampanye.

Kasus pertemuan antara Samad dengan timses Jokowi dulu, andaikan ini adalah fakta jelas menunjukkan betapa mentalitas untuk meraih kekuasaan tidak akan pernah keluar dari nilai dasarny yakni hanyalah kepentingan sesuatu yang abadi di muka bumi ini.

Jokowi tahu persis ada yang menangguk dan mendulang ikan-ikan dibalik upayanya mendayung dan mengkayuh biduk Indonesianya. Para pengais ikan-ikan ini tidak akan pernah peduli betapa perahu menjadi oleng dan bisa karam karena terpontang-panting ke kiri dan ke kanan. Mereka akan terus melemparkan jalanya.

Kisruh yang meluap di 100 hari pertama Jokowi adalah ironi bahkan sebuah sarkasme yang luar biasa dipertontonkan ke muka publik. Entah linglung dengan manifes politiknya yang terlalu hiperbola dan dipenuhi bermilyar-milyar utopia saat berkampanye membuat Jokowi hanya menabuh kendang bertalu-talu. Semua monyet yang dia tangkap saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta langsung berlompatan jumpalitan. Keluar dari kandangnya.

Ansyad yang tanpa risih membela korp-nya mewakili segenap barisan dibelakang Jokowi, mereka menagih hutang yang mereka berikan dahulu. Komjem BG sebagai 'petugas non struktural' dari partai pendukung utama Jokowi tidak akan mundur selangkahpun. Hutang harus dibayar. Sekalipun akan menabrak logika umum akan adanya seorang tersangka tetap pede untuk melaju dalam pencalonan jabatan publik.

Acara ILC semalam meskipun dengan menahan kantuk yang luar biasa telah berhasil membangunkan penulis, jangan berharap banyak pada siapapun didunia ini. Berharaplah atas pengadilan Tuhan atas apa yang telah dan tengah terjadi. Tontonan yang dramatis diantara penegak hukum itu hanya menjadi penapis doa-doa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun