Sebuah posting dari teman di Facebook tentang kemenangan Sadiq Khan sebagai Walikota London yang terbaru setelah memenangi pemilihan umum. Menjadi calon yang di usung oleh Partai Buruh, Khan pria keturunan Pakistan tersebut akhirnya berhasil memecah sejarah pertama di Kerajaan Inggris. Pria muda berumur 45 tahun menjadi muslim yang pertama kalinya menjadi walikota di sebuah negara besar dan hanya di huni oleh 12% dari populasi yang mayoritas beragama kristen.
Khan berhasil membuktikan bahwa minoritas yang menjunjung dialektika, menjaga marwah kearifan budaya dan tetap bangga dengan apa yang dianutnya meskipun di tengah-tengah pandangan stigma adalah sebuah oase dan tawaran yang patut dan pantas di sambut oleh warga London.
"Pemilu ini bukan tanpa kontroversi (ungkapan ini lebih tepat ditujukan kepada pesaingnya, Zac Goldsmith dari kubu Konservatif yang kerap menjadikan etnis Khan sebagai titik-titik yang kerap digunakannya untuk menyerang Khan) dan saya sangat bangga bahwa London telah hari ini memilih harapan atas ketakutan," kata Khan, dalam pidatonya, seperti di kutip Reuters sabtu (7/5/2016).
Anak sopir bis ini berhasil menggungguli rivalnya dan memastikan bahwa islam dan minoritas bukanlah sebuah argumentasi yang cerdas untuk sebuah diskursus tentang kepemimpinan di pusaran isu-isu minoritas, Khan tetap membangun sebuah komunikasi yang intens dengan calon pemilihnya dengan kerap menyampaikan latar belakang keluarganya, bagaimana dia membangun karir politiknya di Partai Buruh dan menciptakan persepsi bahwa pemimpin yang ditawarkan adalah sebuah pembangunan dalam segala dimensi.
Postingan dari teman penulis tersebut juga di tambahi sebuah pernyataan pribadi, antara lain karena teman penulis tersebut ber-etnis dan beragama sama dengan Ahok.
"Ahok, the incumbent Jakarta Governor is a Christian, minority in Jakarta with the reverse faith situation to Khan in London. He also appointed by Jakarta not due to his Christianity. Should we learn from Khan not to use fear and division during the upcoming Jakarta Governor re-election?"
Pertanyaan yang lebih kuat aroma pernyataan, penulis hanya memberikan sebuah komentar sedikit saja.Â
"Ada perbedaan (antara Sadiq Khan dengan Ahok) yang signifikan antara lain, Ahok menggusur kearifan lokal dan menafikan dialektika sementara Sadiq Khan membangun dan menjaganya."
Penulis sendiri masih keukeuh tidak mempermasalahkan ke-etnis-an Ahok yang keturunan cina tersebut karena banyak literatur dalam islam tentang tokoh-tokoh besar yang berasal dari sekian banyak etnis di dunia ini, sebut saja Bilal, black moslem dan bekas budak yang kemudian menjadi bilal (mereka yang mengumandangkan adzan) serta termasuk shahabat yang di cintai Rasulullah , imam Muslim seorang ahli hadits yang mahsyur, Marcopolo seorang pelintas perjalanan budaya yang kondang sejagat ini. Etnis bukan lagi sebuah topik yang cerdas untuk sebuah diskusi kebudayaan. Hanya saja akan menjadi sangat kampungan dan murahan ketika kesamaan etnis menjadi pintu masuk permufakatan jahat dan meninggalkan ribuan nestapa bagi mereka yang di hantam oleh budaya etnis tertentu, sebut saja hau peng untuk kong kalingkong antara penguasa dan pengusaha.
Penggusuran yang menyisakan luka dalam dan rendahnya antisipasi yang kerap diumbar Ahok hanya meninggalkan ribuan potential homeless di saat dimana pemimpin adalah mereka yang seharusnya orang pertama memberikan selimut bagi warganya yang kedinginan di malam hari.Â
Apa yang di bangun Sadiq Khan adalah kontra apa yang dikerjakan oleh Ahok!