Acara Mata Najwa menjadi sebuah tontonan entertainmen belaka. Langgam Najwa Shihab yang biasanya penuh cengkok mendadak flat dan nyaris seperti rakyat yang menunggu sendiko dawuh saat Megawati Soekarno Putri menjadi bintang tamu di acara yang didapuknya. Seolah tersihir dengan mantra seorang mantan presiden dan nama besar Soekarno.
Berbeda banget saat menguliti seorang Angel Helga. Begitu ketus ketimbang kritis.
Padahal selayaknya wanita yang memiliki ruang batin yang kurang lebih sama terhadap Indonesia semestinya Najwa bisa mengemas dengan fair dan memberikan kesamaan perlakuan kepada bintang tamunya.
Membandingkan Megawati dan Angel Helga bak membandingkan perempuan-perempuan Indonesia pada umumnya. Apalagi bumbu tangisan Megawati semakin melekatkan betapa perempuan-nya dia. Atau terlihat bagaimana pergerakan bola mata seorang Angel Helga yang nyaris mengatakan betapa engkau (baca: Najwa Shihab) telah mem-bully diriku (baca: Angel Helga).
Dan durasi percakapan kedua pertemuan tersebut tak lebih dari mempertontonkan sebuah memperlakukan kangjeng ratu dan seorang pesakitan. Padahal darinyalah (acara tersebut) pemirsa berharap ada ekspresi wanita Indonesia pada umumnya terhadap tanah airnya, harapannya dan masa depan. Jika saja Najwa Shihab ingin meluapkan kekesalannya, sebaiknya panggil para legislator perempuan yang korup dan menelantarkan fungsi-fungsi perwakilan mereka. Atau panggilah kepala daerah yang daerah pimpinannya masih dipenuhi noktah-noktah hitam dalam bentuk kemiskinan dan rakyat yang masih melarat hidupnya.
Jangan melampiaskannya kepada seorang calon legislator. Padahal jika pun ingin kesal, kesal lah kepada Megawati yang (dulu saat menjabat presiden) mengumbar perut bumi dan angkasa Indonesia secara murah kepada swasta-swasta asing.
Tahun 2014 tetap menjadi sebuah ekspresi politik. Dan menjadi sangat sumir dan blur saat menangkap semua yang berkelindan di sana-sini. Dan bisa jadi Najwa Shihab tidak lagi independen menyuarakan sudut penglihatan sebagai jurnalis karena ada kemungkinan ditumpangi oleh sesuatu berkelojotan di dalam dirinya.
Hanya mereka yang tahu isi hatinya dan tentu saja Tuhan, Sang Maha Mengetahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H