Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemungkinan DKI Jakarta di Tinggal "Minggat" Pemimpinnya

17 Maret 2014   17:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Tapi yang menarik kan kalau Jokowi maju jadi cawapresnya Mega, Ahok juga bisa donk jadi cawapresnya Prabowo, hehe," ujar anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Martin Hutabarat kepada detikcom, Selasa (4/3/2014).

****

Martin Hutabarat tidak sedang dalam standing sebagai comic meskipun ada ekspresi tertawanya saat melepaskan sebuah pernyataan yang kental muatan politisnya.

Isu yang berpotensi semakin menghangatkan tahun politik ini. Men-cawapres-kan Ahok untuk mendampingi Prabowo sangat memungkinkan akan  'mengganggu' pesona seorang Jokowi. Karena mass media yang santer menceritakan pasangan No. 1 dan 2 Provinsi DKI Jakarta. Jokowi dengan blusak-blusuknya dan Ahok yang menggawangi operasional administratif DKI Jaya.

Semua orang pun tahu kekuatan Ahok saat membongkar serabut-serabut KKN dan permainan hitam dari mereka yang berinteraksi dengan aparat-aparat administratur pemerintahan daerah tersebut. Ahok adalah key person dari decision making system di DKI. Ahok adalah the main thinker di jazirah Betawi ini.

Gerindra juga 'sepertinya' membaca sebuah momentum yang bisa membuat partai ini malahan kehilangan momentum tahun politik ini jika tidak melakukan sebuah skenario politik yang cerdas.

Jadi Jokowi harus di'ganggu' dengan hal yang sepadan. Ya! Yang sepadan mengganggu Jokowi adalah mitra operasionalnya di Jakarta.

Penulis tidak begitu yakin apakah kutipan pernyatan dari Martin Hutabarat tersebut sebuah aksi politis atau sebuah reaksi politis? Dan yang pasti melakukan reaksi ekstrim adalah PDI-P terkait pencalonan Jokowi sebagai capres sesuai dengan mandat organisasi banteng bercongor putih tersebut, Ahok adalah 'musuh' yang akan mengganggu persepsi para voters. Jokowi tidak bisa klaim sepihak atas penilaian yang dikumandangkan beberapa lembaga survei. Dan tidak juga bisa mengukuhkan keberhasilannya secara personal karena 'jika' DKI Jakarta dianggap telah keluar dari masa gelap pasti dilakukan oleh tim yakni Jokowi Ahok.

Mengenai citra bersih anti KKN, wah ini apalagi. Kasus pengadaan bus Transjakarta telah menorehkan noktah hitam dibaju putih yang kerap dipakai Jokowi. Dan menurut penulis, Ahok jauh lebih bersih ketimbang persepsi publik kepada Jokowi.

Dan celetukan Martin Hutabarat tentu saja bukan sekedar celetukan. Bisa jadi celetukan tersebut bersumber dari dialog politis internal Gerindra. Dan tentu saja mind actornya adalah Prabowo. Memungkiri Prabowo tidak terlibat di dalam 'bluffing' dan manuver politik terkait wacana pencawapresan Ahok sejatinya memungkiri kegetiran Gerindra terhadap kans yang dibangun PDI-P.

Jika saja Ahok diajukan secara resmi oleh Gerindra maka yang paling dirugikan adalah konstituen yang menggolkan kedua pria ini menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Operasional 1,5 tahun yang baru berjalan akan stag pada tahun ini dan sisa 3,5 tahun lagi akan menjadi masa-masa kelu dan pilu bagi rakyat Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun