Dari Anas (ia berkata), telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Tidak akan tegak hari kiamat sampai manusia bermegah-megah dalam membangun masjid-masjidnya." [hadits shahih riwayat abu dawud no:449]
****
Entah apa yang dapat dikatakan sebuah artikel dari kompasianer yang bagi penulis adalah sebuah minyak yang terus membakar keinginan untuk tetap menulis di Kompasiana. Dia memberikan sebuah komen dari saling berbalas di dalam artikelnya yang inspiratif.
"Tidak ada masalah untuk punya gereja besar. Namun jadi masalah kalau ada kemiskinan di lingkungannya tidak dibantu. Sekalipun resikonya dituduh kristenisasi." - Esther Lima.
Yup, tidak ada masalah sedikit pun membangun gereja menjulang dengan kemegahan tiada taranya atau sebuah masjid berkubah emas dengan menara menapis awan.
Beberapa kasus tempat peribadatan yang megah dan anggun namun kering dan bahkan memberikan jarak dengan kenyataan yang bertolak belakang. Dan malahan ada masjid yang kehilangan fungsi-fungsi sebagai media pelayanan untuk keperluan hamba berkomunikasi dengan Tuhannya. Di sebuah bilangan Depok ada masjid yang memiliki luas pekarang yang luar biasa dengan lapisan emas 2-3 cm pada kubahnya. Namun banyak hal yang diterapkan menjadi berseberangan dengan latar belakang mengapa masjid perlu dibangun.
Ungkapan dari hadits tersebut diatas adalah; masjid adalah tempat yang makna utamanya adalah letak dimana dahi disentuhkan ke haribaanNya, menapak do'a, mengais ampunanNya, dimana langkah awal berawal darinya. Dimana shalat adalah sebuah manifestasi kehambaan dan mengaktualisasikan semua nilai-nilai kebajikan. Dan  bukan sebuah bangunan fisik, ornamen yang artifisial, kesombongan dibangkitkan dan meluputkan kewajiban memberikan keberkahan dan saling tolong menolong.
Kembali kepada substansi dari artikel tersebut adalah, saat kemegahan tempat peribadatan berbanding terbalik dengan maraknya kemaksiatan bertebaran. Bahkan dimana sebuah ormas Islam lahir dan menggurita di tempat tersebut. Miris!
Salam Anti Bermegah-megahan di antara Kemaksiatan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H