Jadi mulai dan teruskan saja publikasikan ke ranah publik betapa pentingnya memilih pemimpin menggunakan pendekatan religiusitas atau agama sebagai baseline menganggap boleh atau tidaknya seseorang diusung sebagai pemimpin.
Di dalam Islam, Ahok bukanlah apa-apa dan siapa-siapa karena mulut dan tindakannya bak surga dan neraka. Siang beriman lalu malam lupa lagi atau pagi beriman sore maksiat lagi. Pemimpin dengan karakter seperti Ahok adalah pemimpin sebuah misi perompakan. Menjadikan pragmatisme sebagai penghulu keputusan dan meletakkan norma-norma adalah nomor kesekian. Jika ingin mendapatkan inspirasi cobalah untuk menonton beberapa sekuel dari film besutan Holywood the Pirates of Carribean dimana Kapten Jack Sparrow adalah manusia yang paling pragmatis karakternya di film tersebut.Â
Sudah kafir, munafik dan inkonsisten pula!
Penulis fikir tajuk ini cocok untuk diajukan sebagai upaya membangunkan beberapa muslim yang masih galau dan gagal sandar kepada sumber primer agama kita yakni Al Quran dan Assunnah. Memilih Ahok bak memilih kunci neraka dan menjadikan surga bak barang tidak bermutu. Bagi Ahok rakyat miskin adalah kotoran mata yang menghapuskan keagungan provinsi ter-wahid ini. Kaum marginal yang didalam islam menjadi tolok ukur kinerja seorang pemimpin betapa tangis dan ketawa mereka adalah indikasi berhasil atau tidaknya seseorang memimpin sebuah wilayah. Rakyat DKI Jakarta yang kerap mengumpati Ahok dan begitu juga Ahok yangjuga kerap mengumbar cacian kepada rakyatnya adalah wujud jauhnya ketenangan dan keteduhan yang seharusnya hadir di Jakarta.
[caption caption="http://m.kompasiana.com/maskusdiono/setelah-muncul-say-no-to-ahok-ahok-akan-hentikan-car-free-day_552feaf96ea834ef668b45c8"]
Untuk itu memulai energi positif dengan senantiasa mempublikasikan betapa pentingnya memilih pemimpin yang sei-iman (baca: muslim memilih muslim) adalah kemutlakan di setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Menyerahkan hal ini kepada logika bengkok seperti "lebih baik memilih kafir tapi tidak korupsi" adalah kekonyolan terburuk sepanjang hidup. Karena mematikan nalar. Mosok dari ratusan juta muslim yang cerdas, ber-integritas, memiliki moral, istiqomah (baca: konsisten) dan visioner tidak kita dapatkan satu-dua calon yang kelak bisa kita pilih sebagai gubernur DKI Jakarta yang baru untuk menggantikan Ahok yang terbukti pro cukong, taipan dan menjadikan kegaduhan sebagai hobby?
Monggo di share ya! SARA bukan barang haram ternyata karena suka dipakai oleh semua kalangan bahkan oleh tokoh pro demokrasi seperti opa Sahetapy.
Salam Pro SARA!
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H