"Le (maksudnya Tole, panggilan sayang untuk laki-laki yang usianya terpaut jauh),..sorry to say. Sepertinya saya merasa perlu untuk berfikir dan bertindak ulang terkait rencana pendaftaran nama capres untuk pilpres Juli nanti....sorry ya le".
"Lho kenapa tho bune? Did I make mistake?"
"Wis nggak usah ngomong Londo,...nggak usah memperlihatkan kecakapanmu berbahasa Inggris sebagai persyaratan informal seorang capres di Indonesia"
"Tapi Bune,..saya kan sudah menerima mandat partai untuk diajukan sebagai capres?"
"Lho itu bener Le...tapi sebatas mandat, ndak lebih! Lha wong perjanjian yang dibubuhi materai saja tak telikung koq...apalagi cuma mandat...mandat le,....hanya mandat!"
"Aaaahh,....bune...ah...bune".
Pria ceking yang biasanya cengengesan itu merajuk tidak terperi. Mulutnya mewek-mewek merasa ditipu oleh simboknya. Tidak hapal juga dia perangai emaknya yang suka ingkar janji.
"Lagian kamu biasanya kan ndak pernah mikir kecuali cengar-cengir tho? Yo wis...tugas muliamu sudah usai. Efek yang diharapkan partai ternyata tidak ngefek babar blas. Udah kembali saja ke kursi di ibukota."
"Kembali? Wwwhattt! Oh my God! Bune...tidakkah engkau dengar para pendudukku kepengin meludahi mukaku dan menendang pantatku yang tepos ini karena dianggap wanprestasi dan pengkhianat warga. Come on Bune...may I beg to you?...hiks hiks hiks"
"Le,..sini duduk dekatku...cup cup,..sudahlah..politik memang begitu..siang, malam dan pagi tiada menampung kepastian. Kamu ndak bisa melihat hasil quick count yang metodeloginya sudah kian canggih dan juga sudah diaplikasikan di beberapa pemilu dipelbagai belahan negara. Suara kita tidak menyentuh angka presidential treshold alias belum 20%...kita butuh koalisi. Jika tahu kayak ginian kan mending aku aja yang maju,....ngapain harus kamu tho?....neko-neko saja lah kamu ini!"
"Tapi Bune,..liatlah para jokowowlovers di banyak sosial media...mereka bisa sawan, ayan dan epilepsi lho jika saya ndak jadi dimajukan sebagai capres...mosok cuman berhenti di mandat doang sih?..hiks hiks hiks"