Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membahas Jokowi: Lingkaran Nasrani dan Hegemoni Asing

7 Mei 2014   18:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Langkah ini blunder ideologi. Ideologi PDIP sangat identik dengan Nasionalisme Bung Karno yang tidak mau didikte oleh bangsa asing. Sekarang Mega-Jokowi justru menyerahkan leher partai ke bangsa asing," ujar Pengamat politik Agung Suprio, kemarin.

Ada beberapa yang tidak disadari atau mungkin terabaikan oleh Jokowi bersama tim suksesnya adalah, membangun imej positif dengan beberapa perwakilan asing sejatinya adalah menumpahkan ketanah makanan rakyat bernama soekarnoisme ( go to hell america -mars abadi dari pendiri bangsa tersebut ) dan kesan yang nyelekit umat Islam terkait pertemuannya dengan perwakilan Vatikan. Hal ini harus betul-betul disadari kelak akan membakar 'jumlah suara' dari grass root. Beberapa membangun komunikasi dengan elit NU dan kemudian menikamnya dengan blunder yang tidak semestinya dilakukan.

Memangnya dunia itu hanya Amerika, Eropa dan Myanmar saja. Kok langsung mengklaim itu dukungan internasional,ujar mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi, Jumat (25/04/2014). Hasyim merasa anggapan dari tim sukses dan Jokowi sendiri yang memberikan asumsi adanya dukungan dunia internasional terkait pencalonannya sebagai presiden.

"Rasanya kok nggak pas saja gitu lho,” tandas Hasyim. Yes Kyai, anda benar!

Jokowi telah sedemikian rupa memainkan harmoni. Harmoni dari keanekarupaan namun secara implisit malahan menampilkan keanekalupaan. Lupa bahwa Indonesia adalah negara terbesar dengan jumlah mayoritas muslim sunni di dunia. Lupa bahwa betapa masyarakat masih apatis dengan kolaborasi win-loose solution dengan negara-negara asing dan lupa bahwa politik Indonesia adalah politik patriaki.

Politik patronase dimana ketokohan dan sudut pandang nilai jauh melebihi dari sekedar euforia media darling yang kemasan tak lebih dan tak kurang bak handphone keluaran terbaru, dicari dan kemudian beberapa bulan ke depan sudah kuno dan tidak laku lagi dengan harga yang jauh berkurang.

Salam Anti Lupa Diri Bangsa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun