Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Urgensinya Pemerintah Nimbrung Tata Tertib Berdoa di Sekolah?

10 Desember 2014   23:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:35 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

JIL: "Han....Han...Tuhan,....saya minta tolong ya...bisa gak sih hari ini saya mendapatkan apa yang perlu dan harus saya dapatkan? Berdo'a selesai. Yes!"

Muslim: "Yaa Aziz, Yaa Ghafar, Yaa Rahmanur Rahiem,...Yaa Maalikul Qudussalam. Wahat Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah iman hambaMu yang lemah ini, permudahkanlah segala yang sulit bagi kami, Sesungguhnya tiada satupun yang sulit bagiMu Yaa Rabbul 'Alamin. Amin Yaa Allahumma Amin."

JIL: "Han,...sumpe loe...yakin elo yeee!"

Muslim: "Yaa Allahu Jalla wa Ta'ala, sungguh kiranya Engkau tiada pernah mengingkari janji"

*****

Kontroversi yang ditimbulkan oleh Mendikbub Anies Baswedan mantan rektor Universitas Paramadina tentang tata tertib pelaksanaan berdoa bagi murid sebelum dan sesudah proses jam belajar menunjukkan seperti apa Revolusi Mental yang dituju oleh pemerintahan ini.

Hanya atas kasak-kusuk dan desakan segelintir wali murid yang tidak menerima melihat penyebutan lafadz Allah oleh sejumlah murid-murid sekolah yang kemudian di respon oleh Kemendikbud. Keluhan yang tidak substantif oleh minoritas tersebut direspon dengan sangat oleh Anies. Hal ini menunjukkan sebenarnya dimana posisi dari pemahaman seorang Mendikbud.

Meskipun ada sanggahan terkait pemahaman pria yang pernah mengikuti konvensi yang diselenggarakan oleh Partai Demokrat sebagai capres tersebut sebagai pengusung pemahaman pluralisme dan liberalisme namun ide dan wacana perbaikan tatib berdoa yang tidak boleh menggunakan idion-idiom agama Islam misalnya penyebutan asmaul husna' telah memelekkan mata muslim siapa Anies Baswedan sesungguhnya.

"Terlalu berlebihan," ujar Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim, Tuty Alawiyah saat dihubungi Republika Online, Rabu (10/12). Memang pemahaman SEPILIS (sekularisme, pluralisme dan liberalisme) menafsirkan secara serampangan dalam konteks keanekarupaan. Anies Baswedan mungkin luput memahami betapa setiap agama memiliki ragam dan corak cara beribadatnya dan tidak bisa digeneralisir atau disamaratakan.

Pria yang dianggap memiliki integritas (katanya) ini membantah terkait upaya intervensi pemerintah terkait kebebasan menjalankan keyakinan warga negara terhadap agama yang resmi dan diakui oleh negara.

"Di situ letak masalahnya. Pernyataan saya dianggap seakan-akan kita yang ngatur akan gunakan doa dari agama apa. Itu jelas-jelas bukan domainnya kita tapi di kementerian agama," ujar mantan rektor Universitas Paramadina itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun