Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka Membaca, Bapak yang Bahagia dan Seorang Muslim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistim Nilai Kompasiana

28 Desember 2012   02:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:55 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai kompasianer yang baru bergabung beberapa bulan, sebagai pribadi saya banyak mendapatkan nilai-nilai di forum ini. Dan memang pada akhirnya hidup harus selalu di isi dengan nilai-nilai. Selalu memperbaharui nilai tentang kehidupan. Salah satunya adalah bagaimana ejawantah nilai-nilai agama yang diyakini. Bagaimana bersikap dan menyikapi sistim nilai yang berbeda di tengah masyarakat atau di forum ini.

Dan, didalam menjalani sistim nilai ini terkadang mesti berbenturan dengan nilai yang dianut oleh orang disekitar kita. Prinsip paling esensi adalah;

1. "Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).." QS 49:10. Lihat artikel ini, meskipun membuat (kesannya) reportase sesungguhnya merupakan penggiringan opini yang menyesatkan dan tendensius. Dan sebaiknya ketika mendapatkan sebuah balasan berupa olok-olokan jangan seperti balita yang kehilangan mainannya. Sebaiknya hindari memposting artikel dengan konsep seperti tersebut jika tidak ingin mendapatkan reaksi yang sepadan.

2. "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". QS 109:6. Perhatikan artikel ini, ditulis oleh seorang pendeta. Kalau yang menulis sebangsa Sutomo Paguci persepsi yang timbul malah positif karena beliau praktisi hukum, muslim (meskipun berpaham liberalis) sehingga diskusi menjadi media pembelajaran internal. Dan hasil diskusi bisa jadi dialamatkan kepada subjek tulisan tersebut. Dan sebaiknya juga ketika ada komentar pedas yang meminta perlakuan setara jangan dihapus dan dianggap komentar sampah. Padahal tulisan tersebut menjadi lebih sampah daripada sampah di Bantargebang. Penulis artikel ini menurut hemat penulis memang mengkhususkan eksistensinya di kompasiana untuk menimbulkan gaduh. Tulislah artikel yang positif mengenai tetangga yang tidak seagama namun dengan gembira ria membagi makanan khas daerah.

3.“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” QS 60: 8. Bagaimana bersikap adil terhadap kompasianer yang non muslim. Meskipun dalam hal ini, perhari ini saya hanya baru mendapatkan teman yang seiman. Yang abu-abu pun ada, baik yang bangga dengan keabu-abuannya selama tidak menyerang keyakinan dan pemahaman maka esensi dari ayat ini harus diimani.

Prinsip ini menjadi pegangan penulis didalam interaksi maya dengan para kompasianers, tersenyum, tertawa, judeg, gusar bahkan amarah menjadi ramuan pertemanan. Oh Kompasiana.....kamu sangat sesuatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun