Mohon tunggu...
IMAM AKBAR
IMAM AKBAR Mohon Tunggu... -

PSIKOLOGI UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Konsep?

27 November 2014   02:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pembentuk konsep berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Dalam bagian ini topik mengenai ciri-ciri juga didiskusikan, tetapi kita akan berkonsentrasi dengan aturan yang berhubungan dengan ciri konseptual. Contohnya, kita semua telah belajar konsep cangkir kopi dengan mengidentifikasi sifat klasiknya (misalnya pegangan) yang membedakannya dengan anggota kelas umum lainnya dari cangkir keramik, atau kita telah belajar tentang sifat dari konsep yang lebih abstrak keadilan (misalnya: kebenaran, moral, keseimbangan) yang membedakan dari kualitas manusia lainnya. Dalam hal ini “aturan” yang menghubungkan cari-cari dan fungsi yang telah terasosiasi dengannya.

Definsi awal konsep adalah “penggambaran mental, ide, proses”. Ini secara normal tersingkap melalui metode intropeksi eksperimen, yang telah secara luas diterima sebagai teknik utama psikologi.

Konsep didefinisikan dalam ciri-cirinya. Ciri- ciri seperti yang telah digunakan disini adalah karakteristik suatu objek atau kejadian yang juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain. Contohnya, mobilitas merupakan ciri dari kendaraan. Kekususan diantara ciri yang dapat dibuat dalam dasar kuantitatif juga dalam kualitatif telah dipaparkan. Mobilitas contohnya, ciri kualitatif yang juga dapat diukur secara kuantitatif.

Asosiasi

Sebuah teori yang tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi atau asosiasisme. Reinforcement (penguatan) atau sistem hadiah.

Jadi prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari (1) menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan respons yang mengindentifikasikannya sebagai sebuah konsep, dan (2) non-penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus (contohnya lingkaran merah) dengan respons untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep.

Pengujian Hipotesis

Pendapat umum bahwa orang terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan memformulasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen. Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita.

Dalam sebuah eksperimen pembentukan konsep, Bruner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep seluruh alam semesta (misalnya seluruh variasi jumlah yang mungkin dari dimensi dan atribut) kepada partisipan dan mengidikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan. Partisipan akan mengambil satu dari lain hal, diberitahu apakah itu adalah hal positif atau negatif, lalu mengambil hal yang lain dan seterusnya sampai mereka mencapai kriteria (identifikasi konsep).

Partisipan strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyetakan pemindaian dan pemusatan, masing-masing memiliki subtipenya di bawah ini:

Pemindaian simultan.

Partisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yang tak dapat dipertahankan.

Pemindaian berturut-turut.

Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, mengembangkannya jika berhasilkan dan jika tidak berhasil, dapat menggantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Pemusatan konservatif

Partisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali (tiap kali hanya mengubah satu cari) dengan memperhatikan ciri yang mana menjadi positif dan negatif.

Kemungkinan fokus

Dikarakterisasikan dengan menggantikan lebih dari satu ciri dalam waktu yang sama. Walaupun teknik pemusakan konservatif bersifat metodologis dan sepertinya terdepan untuk sebuah konsep yang sah, partisipan mungkin memilih suatu kemungkinan dengan harapan dapat menentukan konsepnya dengan lebih cepat.

Solso,L,R dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Erlangga: Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun