Mata ku terbuka, karena suara yang berdering kencang membangunkan ku. Suara kencang itu adalah jam beker ke-4 ku, kenapa ke-4 ? karena ke-1, 2, dan 3 sudah menghantam dinding, sebenarnya aku yang melemparnya, sebuah reflek terbangun karena bunyi yang kencang itu dulu aku taruh tepat disebelah bantal ku. Dan kini aku menaruhnya agak jauh yaitu tepat diatas lemari.
Jam menunjukkan pukul 03.45, dengan segera aku mengambil air wudhu dan menuju ke musholah untuk mengumandangkan panggilan surga (adzan) hehehe. Usai sholat subuh, aku mengunci pintu musholah dan aku saku kunci itu. Kemudian bersantai-santai di depan musholah sampai matahari mulai menampakkan sinarnya dan terlihatlah dari kejauhan pemandangan pegunung yang indah waow.. membuat rindu saja. Karena hari ini hari sabtu, aku tidak mempunyai jadwal untuk kuliah. Ya aku adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di kota malang. Aku adalah orang yang biasa saja, sederhana, diam (bukan bisu) tak banyak bicara (tapi nulis), baik (itu pasti), rapi, dermawan, tidak sombong, rajin menabung, sopan, kalem, dan juga flamboyan, karna kenapa ? karna aku psychology hehehe.. aku sering menyebut-nyebut itu dalam benakku. Karena studi yang ku ambil adalah psikologi, maka aku berfikir haruslah tampil sempurna didepan orang.
Pemandangan gunung Welirang yang indah sekali membuat aku merasa rindu, rindu akan rumahku. Karena sesungguhnya rumahku ada dibalik gunung itu yaitu Mojokerto. Matahari mulai meninggi, dan aku pulang ke rumah maksudku kontrakan. Hari-hari ku habiskan membaca buku-buku. Kata teman-teman aku anak rajin, tapi bukan, itu hanya hobi ku saja, karna kenapa ? karna aku psychology hehehe. Aku biasa menempelkan potongan kertas yang bertuliskan tugas kuliah ke dinding kamarku dengan ku beri berbagai warna-warna agar bisa menarik dilihat alih-alih menepis kebosanan melihat tugas. Ketika aku melihat ke dinding, aku melihat ada tugas yang belum aku bereskan yaitu cerpen tentang aktivitas kognitif. Aku jadi teringat kemarin, aku sudah memikirkan tentang bagaimana membuatnya dan hingga kini tak juga aku menemukan sebuah ide. Jengkel. Aku ambil buku dan membacanya kembali mulai dari Bab awal hingga akhir. Sampai matahari berada diatas kepala yang tandanya aku harus segera ke musholah untuk kembali mengumandangkan adzan. Segera ku ambil kopiah dan berlari menuju musholah. Sampai depa pintu musholah, aku lupa membawa kuncinya. Aku kembali lagi kerumah untuk mengambilnya, tapi aku tidak melihat kunci itu berada digantungan dinding kerena aku selalu menaruh kunci itu di gantungan dinding setelah pulang sholat. Aku terus mencarinya dimana-mana dibawah bantal, kasur, dalam lemari, dan rak buku, tapi aku tak menemukannya. Aku duduk sejenak dan befikir dimana aku menaruhnya, tiba-tiba aku ingat bahwa kunci itu di dalam saku baju ku sendiri yang aku masukkan pagi hari tadi, benar-bebar menjengkelkan. Lalu aku segera kembali ke musholah dan mengumandangkan adzan.
Usai sholat, aku pulang sambil tetap membawa kebingungan dan kejengkelan. Aku sungguh tak kunjung mendapatkan ide untuk tugasku. Tak lama kemudian fikri datang, fikri adalh teman akrabku, aku biasa bertukar pikiran tentang keilmuan dengannya. Aku bercerita-cerita padanya tentang masalah kebingunganku itu dan aku juga sebenarnya rindu akan rumah setelah melihat gunung tadi pagi. Waktu aku bercerita, handphon fikri berbunyi, itu biasa dari pacarnya. Aku hentikan ceritaku dan menunggu telphon itu berakhir, tapi fikri menyuruhku untuk melanjutkan caritaku. Setelah ku lanjutkan cerita panjang sampai selesai, lalu aku bertanya bagaimana pendapat darinya, karna aku sudah mentok bingung. Tapi apa yang fikri katakan ? ia bertanya kembali bagaimana tadi ceritanya, kepala ini rasanya ingin meledak, fikri membuat ku semakin jengkel, tapi aku harus tetap terlihat tenang dan flamboyan karna kenapa ? karna aku psychology hehehe. Aku masuk kamarku dan meninggalkan fikri yang masih asyik menelphon di emperan rumah, maksudku kontrakan.
Jam sudah menunjukkan 13.00 siang. Aku memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Aku mulai barfikir barang-barang yang ingin aku masukkan kedalam tas, yaitu baju, celana, sarung, labtop, dan beberapa buku. Dan tiba-tiba slamet masuk kamarku, slamet adalah teman satu kontrakanku. Slamet bertanya apakah aku mau pergi ?. tanpa panjang lebar aku mengajaknya untuk ikut pilang ke kampung halaman, alih-alih untuk menemaniku diperjalanan nanti. Kemudian aku melanjutkan kembali menata-nata barang yang ingin aku bawa. Aku memasukkan baju, lalu celan, sarung, dan buku-buku.tapi sepertinya ada yang kurang. Aku memeriksa dan mengingat-ingat kembali. Ternyata aku lupasatu barang yaitu labtop ku. Tapi juga sepertiya masih ada yang kurang, apa ya? Aku ingat yaitu cargernya. Karena apalah artinya membawa labtop tanpa carger, seperti sikat gigi tanpa pasta gigi, dan sepatu tanpa kaos kaki.
Setelah sudah siap semuanya, kami berangkat. Dalam perjalanan kami melewati gunung welirang, karena kota Mojokerto ada dibalik gunung itu. jika lewat gunung ini, aku jadi teringat dulu ketika masih SMA aku dan temanku selalu setiap hari minggu kegunung untuk berolah raga fisik yaitu lari. Kita lari mulai dari pacet, hutan cangat, hingga perbatasan kota batu ya tentu sangat jauh.
Kami menghabiskan waktu tiga jam perjalanan dan sampailah dikota Mojokerto. Dalam perjalan aku melihat pom bensin, lalu aku berbelok untuk sejenak mengisi bensin dan mengistirahatkan badan di cafe pojok pom bensin. Dari pojok tempat duduk cafe aku terdengar seperti ada yang menanggilku. Lalu seseorang terlihat berdiri dan berjalan mendekat padaku. Aku berfikir, sepetinya aku pernah mengenal orang ini. Kita berjabat tangan dan ia menanyakan kabarku, tapi aku masih belum ingat siapa ia, tapi aku tetap harus terlihat tenang dan flamboyan karna kenapa ? jawab sendiri kalau sudah tahu. Aku mencoba mengingatnya, oh ya aku ingat ternyata ia seseorang yang dulu pernah meminjamka sebuah carger labtop dan ngobrol-ngobrol dengan ku waktu dulu aku pernah wifi-an di cafe ini, tapi penampilannya kini sepertinya agak berbeda. Akhir kata akupun melanjtkan perjalanku.
Akhirnya sampailah di rumahku, maksudnya di rumah nenek. Kenapa dirumah nenek ? sejak setaleh SMP aku ikut dengan nenek sepeninggal kakek. Tapi pada waktu itu ayah, ibu, dan adikku berada disini karena hari ini hari sabtu. Dan juga pada hari ini bibiku berulang tahun dan keluargaku membuat nasi kuning untuk dimakan bersama. Aku ingin mengucapkan selamat pada bibiku, tapi dengan cara yang berbeda pada umumnya. Berbeda ? dengan menggunakan bahasa tangan. Kenapa ? karena bibiku adalah seorang tuna rungu.
Selama aku berkomunikasi dengan bibiku, slamet hanya tersenyum saja melihat cara ku berkomunikasi. Lalu aku menyuruh slamet untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada bibiku. Tapi ia bingung bagaimana cara mengucapkannya. Aku bilang tak masalah, yang penting sebisa ia saja. Kemudian slamet mencobanya dengan kebingungan terlihat di wajahnya. Dan akhirnya bukan slamet saja yang bingung dengan caranya sendiri, bibiku juga terlihat tambah bingung melihat slamet berusaha berkomunikasi dengannya dan tidak mengerti ada yang ingit slamet sampaikan. Akhirnya kita bertiga tertawa.
Dirumah aku tinggal dengan nenek dan bibiku itu. jika di malang aku merasa kangen dengan mereka dan memikirkan tentang kesehatan mereka, aku berdoa semoga saja mereka diberi kesehatan selalu. Tapi aku kini juga masih merasa bingung, bingung akan tugasku. Bagaimana aku harus menulisnya dengan ide yang tak kunjung keluar.
Jam sudah menunjukan pukul 16.00 sore. Aku segera bergegas mandi dan pergi menuju musholah yang jaraknya tidak jauh dari rumahku, yaitu berada disamping rumahku. Aku berjalan menuju musholah dengan tetap membawa kebingungan. Akhirnya aku mencoba untuk pasrah dan mengambil air wudhu seraya memohon agar diberikan sedikit ide. Kemudian aku mengumandangkan adzan dan sholat berjama’ah. Wiritan adalah suatu yang selalu dilakukan setelah melakukan sholat, dan tiba-tiba aku teringat kembali tugasku, dan “Aha !” aku akhirnya menemukan ide. Orang yang berada disampingku bertanya “kenapa nak ?” mungkin karna suaraku terlalu kencang waktu “aha” seperti kencangnya ide yang diberikan tuhan tadi.
Aku segera balik kerumah untuk mencatat ide tersebut. Setelah menulisnya aku berfikir tentang tugas yaitu sebetulnya materi-materi yang ada pada Psikologi kognitif ialah ada pada setiap hari kita dan selalu terjadi. Aku lanjutkan menulis dan menambahkan beberapa bagian-bagian pada cerita agar menjadi semakin kompleks pada materi-materi dengan contoh bagian-bagian cerita tersebut, dan hasilnya adalah tulisan ini. Coba temukan beberapa contoh materi-materi psikologi kognitif yang ada pada setiap bagian cerita ini.
Tak lama kemudian handphonku berdering. Ternyata Azis menelphon, Azis adalah salah satu teman kontrakanku. Ia menanyakan kunci musholah dan aku menyuruhnya mencari digantungan dinding. Selang beberapa menit Azis menelphon kembali dan ia mengatakan tidak menemukan kuncinya, serentak aku berfikir, apa kuncinya ada di saku bajuku ini .?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H