Mohon tunggu...
Pendidikan

Memaknai Peristiwa Kematian

1 Mei 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak sedikit orang tatkala mendengar tentang kematian merasa takut. Kematian dianggap sebagai kejadian yang luar biasa dan menakutkan. Seolah-olah hidup ini tidak boleh berakhir. Padahal, semua orang tahu bahwa kematian adalah justru merupakan hal yang pasti. Semua makhluk hidup, tanpa terkecuali, pasti akan mengakhiri hidupnya, atau mati.

Oleh karena itu mati adalah hal biasa, lazim, atau merupakan keniscayaan. Semua orang, oleh karena merupakan bagian dari makhluk hidup, maka pada saatnya pasti akan mati. Hanya datangnya peristiwa yang oleh sementara orang dirasakan menakutkan itu, siapapun tidak ada mengetahuinya.

Umur setiap orang tidak sama dan tidak diketahui sebelumnya. Akibatnya, kematian seseorang menjadi tidak bisa diprediksi. Atas keyakinan itu maka bukan merupakan hal aneh, orang masih muda mati terlebih dahulu dibanding orang yang sudah tua. Peristiwa seperti itu dipandang sebagai sesuatu yang tidak mengherankan atau sebagai peristiwa biasa.

Oleh karena itu, tatkala ada peristiwa kematian, seorang muslim akan segera mengucapkan �inna lillahi wa inna ilaihi rajiun�, bahwa semua adalah milik Allah dan akhirnya semua akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, kematian dianggap peristiwa biasa, yaitu kembali kepada pemilik-Nya. Oleh karena itu bagi orang Islam, sebenarnya kematian itu tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan. Peristiwa itu adalah pasti terjadi. Tiak akan seorang pun yang bisa lari dari kenyataan itu.

Kematian tidak perlu melahirkan rasa takut. Sebagai seorang muslim tidak perlu takut mati. Bahkan takut mati dianggap sebagai kelemahan. Sesuatu yang pasti, tidak perlu ditakutkan. Bagi seorang muslim, kematian tidak akan melahirkan masalah. Diyakini bahwa kematian baru melahirkan masalah ketika seseorang dalam hidupnya tidak beriman dan tidak beramal shaleh serta tidak berakhlak mulia.

Bagi seorang muslim yang benar-benar beriman dan kaya amal shaleh, maka kematian merupakan perjumpaan yang indah. Ia akan berjumpa dengan Tuhannya. Dan, perjumpaan itulah yang sebenarnya ditunggu-tunggu. Sehari-hari, sebagai seorang muslim, telah menyadari akan datangnya hari kematian, dan oleh karena itu, mereka berusaha mengumpulkan bekalnya. Seorang muslim berkeyakinan bahwa siapapun yang beriman dan beramal shaleh dalam hidupnya, maka kematian tidak dipandang sebagai sesuatu yang justru ditunggu-tunggu kedatangannya.

Kematian yang menakutkan adalah mati yang sia-sia. Seseorang yang hidupnya hanya diisi dengan kejahatan, melakukan kerusakan, tidak menyadari atas keberadaan dirinya sendiri hingga selama hidup mereka tidak mengenal tuhannya, maka pantas sekali, kematian itu menjadi sesuatu yang menakutkan. Hidupnya dijalani hanya untuk merusak, membuat orang lain susah dan celaka. Padahal pesan hidup adalah sebaliknya, ialah agar menebarkan kasih sayang kepada siapapun.

Pada hari rabu, tanggal 29 April 2015, ada pelajaran berharga bagi siapapun dalam menjalani kehidupan ini, yaitu peristiwa eksekusi mati terhadap 8 orang terpidana mati atas kejahatannya menjadi gembong peredaran obat terlarang. Jalan kematian seperti itu, tentu menakutkan. Hidupnya harus diakhiri sebagai akibat perbuatannya mebuat kerusakan di muka bumi. Kematian seperti itu, wajar jika tidak dikehendaki oleh siapapun, tidak tekecuali oleh yang menjalaninya sendiri.

Islam mengajarkan tentang kebaikan, keimanan, beramal shaleh, dan berakhlak mulia, Manakala semua itu sudah dijalani, dan akhirnya yang bersangkutan menemui kematian, maka peristiwa itu tidak perlu ditakutkan.Kematian seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang biasa, lazim atau niscaya. Kematian akan menjadi indah, jika dalam keadaan khusnul khotimah. Kehidupan seperti itulah yang sebenarnya dicita-citakan bagi orang-orang yang beriman. Wallahu a�lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun