Negara Indonesia dalam beberapa media menyatakan bahwa Negara yang dirasa kita cukup nyaman, tapi sebenarnya kita dalam kekhawatiran dan ketakutan. Kekhawatiran dan ketakutan itu terlihat dalam sikap dan perilaku masyarakat bangsa ini. Bukan Cuma masyarakat biasa, melainkan ketakutan dan kekhawatiran pun terlihat pada pejebat pemerintah samapi pemimpin – pemimpin daerah. Dengan sikap yang serba salah atau terkasuskan seperti Korupsi, Kolusi dan beberapa Nepotisme, ini adalah wujud kekhawatiran rakyat Indonesia yang beribas pada kekhawatiran Negara.
Judul Esai ini cukup unik, emang sengaja saya buat agar pembaca lebih penasaran. Mari kita menziarahi Batara Ganesa, ini berupaya agar segala kekhawatiran terselesaikan dengan cerdas. Dalam dunia pendidikan patung atau gambar Ganesa menjadi Ikon yang mencolok. Pasalnya Ganesa adalah seorang Dewa Ilmu Pengetahuan dalam dunia pewayangan. Ganesa atau Batara Ganesa lahir dari sebuah keprihatinan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Batara Ganesa itu berwujud raksasa berkepala gajah ia bertugas di Kahyayangan Jonggringsalaka untuk mengajari ilmu pengetahuan kepada semua umat.
Dalam sebuah kisah Pewayangan Batara Guru adalah seorang Raja di sebuah kahyangan, ia sangat gelisah dan khawatir karena pasukan Prabu Nilarudraka dari kahyangan Glugutinatar. Prabu Nilarudraka selain bermaksud ingin melamar salah satu bidadari yaitu Dewi Gagarmayang juga ia ingin melebarkan kekuasaanya ke wilayah Batara Guru. Batara Guru bersemedi untuk mencari cara agar mampu mengatasi masalah yang melanda kawasanya. Ia juga berharap memiliki putra yang cerdas dan berpengetahuan lebih.
Setelah kawasan di kuasai oleh Prabu Nilarudraka. Karena diserangya dengan menggunakan pasukan gajah dengan dipimpin oleh panglima Batara Indra yang menggunakan Gajah Eranawa yang mampu membuat takut Dewi Uma istri Batara Guru yang sedang hamil hingga lari pulang ke cepuri keputren . di cepuri keputren Dewi Uma melahirkan putra yang berkepala gajah. Kemudian Batara Guru memberi nama Batara Ganesa, ia yakin kalau anak yang lahir itu mampu mengembalikan kahyanganya dan mengusir Prabu Nilarudraka.
Setelah besar ternyata Batara Ganesa memiliki kepintaran yang luar biasa sehingga ia mencoba mendidik atau mengajari beberapa rekanya dalam berpengetahuan. Setelah dirasa pengikut Batara Ganesa banyak dan memiliki kecerdikan yang sama, Batara Ganesa mencoba memberontak Prabu yang telah menindas keluarganya. Wal hasil dengan kekuatan dan kecerdasanya Batara Ganesa mampu mengalahkan dan membunuh Prabu Nilarudraka dan merebut Kerajaan Glugutinatar milik Prabu Nilarudraka.
Mengapa saya mengajak untuk menziarahi kisah Batara Ganesa yang telah lama tiada hingga pesan moralnya pun dikubur hidup – hidup bersama kisahnya. Mudah – mudahan kita bisa menemukan saripati ajaran hidup yang mampu mendobrak segala bentuk kekhawatiran yang selama ini diderita oleh rakyat.
Dirasa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dalam menagatasi semua permasalahan yang menimbulkan kekhawatiran pada bangsa ini. Karena pendidikan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Ketika pendidikan menjadi kekuatan suatu Negara seperti kerajaan Bani Abasiyah dan kerajaan Bani Umayah dalam terminology islam yang memperkokoh Negara atau kerajaanya dengan mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Beberapa tokoh dan pemikirpun bermunculan sehingga Negara menjadi disegani oleh beberapa Negara – Negara lainya.
Ketika pendidikan tidak lagi menjadi momok. Seketika itu ada butiran – butiran air mata yang jatuh dari Batara Ganesa yang diusung oleh dunia pendidikan Indonesia sebagai perwujudan dunia pendidikan seperti cerita diatas ketika Negara dilanda marabahaya, pemimpin harus tegas mencari solusi dan ternyata membenahi dunia pendidikan adalah proses meredam marabahaya tersebut. Ilmu pengetahuan adalah jawaban dari rasa kekhawatiran bangsa yang akan berlasung bertahun – tahun kalau pemerintah hanya iba tanpa sedikitpun membenahinya. Kekhawatiran demi kekhawatiran akan perlahan marasuki rakyat, ketengan dan ketentraman akan sirna seketika.
Bangsa Indonesia semestinya harus lebih menyeriuskan dunia pendidikan yang dirasa cukup sangat semrawut. Kenapa begitu?. Karena beberapa pengurus instansi pendidikan itu menjadikan sekolah atau dalam hal ini lembaga Pendidikan menjadi Side Job ( Bisnis Sampingan ). Ketika pemerintah mengembangkan sekolah SMK. berduyun – duyun masyarakat mendirikan Yayasan dan menjadikan SMK sebagai tempat pengais rejeki, berharap ada rupiah dari setiap siswa yang mendaftarkan diri kesekolahnya. Bukan Cuma pada saat pemerintah mengkampanyekan SMK Bisa. Jauh sebelum itu pada saat pemerintah mengadakan Program BOS ( bantuan operasional sekolah ) itu, sekolah – sekolah berdiri bak jamur di musim huja. Ini seperti mengubur hidayah cultural dan tidak mempercayai cultural illahiyah.
Pemerintah seharusnya bertindak tegas kepada oknum pendidik yang tidak lillahi ta’ala dalam menjalankan ibadah siri. Karena bagi Wong Cerbon jaman dulu pendidikan itu bagian dari rentetan Ibadah yang dilakukan sehari – hari seperti halnya sholat, sedekah, puasa, dan ibadah – ibadah sejenis lainya yang tidak perlu imbal balik dari siapapun. Lihat kisah Susuhunan Jati yang mendidik beberapa santri di gunung Jati. Beliau tanpa pamrih mengajarkan masyarakat untuk beribadah, mengenalkan kepada sesuatu yang baik, membentuk jiwa masyarakat untuk lebih mengenal Tuhanya. Selain selayang kalimah syahadah ( dua kalimat syahadat ) Sinunhun Gunung Jati tidak menginginkan apapun. Ini adalah bagian dari hidaya cultural Rasulullah yang menghasilkan cultural illahiya sehingga masalah – masalah terselesaikan. Kekhawatiran demi kekhawatiran berangsur sirna. Cirebon yang dulunya hanya sebatas padukuhan tapi sekarang Cirebon menjadi ruh tersendiri bagi Jawa Barat. Inilah yang diharapkan rakyat.
Penulis, Pegiat Muda Bahasa dan Sastra Cirebon
dimuat di Fajar Cirebon Sabtu, 12 Oktober 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H