Nah seumpama nih saya adalah pelukis yang membuat karya dengan konsep keberagaman serta dukungan terhadap toleransi antar ummat beragaman. Apakah itu menyalahi ajaran islam? Dan itu menurut siapa? Lalu, ketika tak ada wacana atau teori seni islami, apakah para seniman akan tersesat dalam “kekafiran” yang jauh dari nilai-nilai islam?
Mendapat pertanyaan seperti itu, bukannya mereka menjelaskan dengan sabar tapi malah menghardik dengan mengatakan bahwa saya pembangkang yang mencoba menyebarkan kemurtadan. Oohh ap sih salahnya saya bertanya seperti itu? Alhasil setelah hari dimana perbincangan itu terjadi, saya dienyahkan secara perlahan dari lingkaran pengajian itu.
Kenapa sih, lembaga yang bernama agama sebegitu jauhnya mengacak-acak keberagaman kreatifitas yang sudah ada mengakar jauh sebelum lembaga tersebut hinggap di pertiwi ini. Ya meskipun saya mencoba pahami bahwa sebenarnya bukan lembaga agamanya yang salah, tapi makhluk-makhluk yang merasa memiliki agama itu yang keliru dengn memakan mentah-mentah seluruh ajaran yang diimpor dari luar sana.
Bukankah berproses kreatif dalam ranah seni yang konsepnya tanpa embel-embel lembaga agama manapun namun tetap menyuarakan kebudayaan nusantara yang damai demi kebaikan bersama adalah juga merupakan dakwah yang baik? jadi, untuk apa ada kategori islami atau tidak.
.
.
.
.
.saya islam tapi saya menghalalkan untuk mengucapkan selamat beribadah kepada agama lain, selama itu tidak saling merugikan. itu islamnya indonesia, bukan islamnya padang pasir yang panas :-D
**************************************
.