...ceritanya begini...waktu itu, guru matematika meminta agar besok kami membawa alat hitung demi kelancaran proses belajar mengajar kami...begitulah...sebagian besar teman-temanku (yang beruntung memiliki orangtua bermateri cukup) segera saja berburu alat hitung ditoko seperti sempoa dan bahkan kalkulator...sedangkan aku?...sepulang sekolah aku mengadukan perihal tersebut pada beliau...tanggapan beliau hanya tenang saja seakan-akan memintaku agar tidak khawatir...
...sore harinya setelah beliau selesai beristirahat, beliau ke halaman belakang rumah untuk memotong-motong sebatang bambu...dibuatnya bilah-bilah bambu itu menjadi seratus batang...mirip batang penusuk sate dengan panjang sejengkal...seratus batang itu beliau ikat dengan karet gelang...sambil menyerahkan padaku, dengan tenang beliau berkata " kalau hal-hal kecil bisa kamu selesaikan dengan tanganmu sendiri, kenapa harus meminta bantuan orang lain...berusahalah dulu sebelum memutuskan meminta bantuan...kalaulah sudah tak sanggup setelah mengerahkan segala daya upaya, baru tak apa meminta pertolongan"...bagiku, anak sekecil itu, hanya bisa merekam saja ucapan beliau...setelah beranjak dewasa, barulah saya perlahan memahami ucapan-ucapan beliau...kemudian perlahan aku menerapkannya dalam keseharian...bahkan, aku pernah dianggap individual oleh beberapa teman dikarenakan prinsipil ku ini...tapi saya selalu membantah perkataan itu, sebab selalu semampuku jika dimintai pertolongan dan aku tak meninggalkan lingkaran sosial...dan, dengan ini aku selalu berani untuk bermimpi...
...belakangan, dari sebuah piagam, aku baru tahu kalau beliau adalah seorang penggalang pramuka...ya, aku mengetahuinya setelah beliau wafat...yang aku tahu, beliau sangat jarang mengeluh tentang apapun, bahkan penyakit yang meradang dalam tubuhnya...jika sedang tak berhalangan, beliau tak pernah absen didalam setiap hajatan dikampung kami...bahkan selalu memimpin pembacaan barzanji sebagai syarat pelaksanaan hajatan...aku pun sangat tahu, jika sebagian besar peralatan rumah tangga dirumah kecil kami, terbentuk hebat dari tangan terampil beliau...tempat mengeram ayam, yang terbuat dari anyaman daun kelapa, selalu dia sempatkan menganyam jika dilihatnya ada induk ayam kami siap berkotek siap bertelur...itu salah satunya dan banyak lagi yang sebaiknya lain kali saja kuceritakan...
...jika ditanyai, siapa pahlawan yang dianggap paling memerdekakan diri? akan kujawab, bapak dan ibuku...beliau berdua memiliki keistimewaan yang setara...jadi, tidak ada satu diutamakan...kami sekeluarga (juga seluruh sanak keluarga) mengakui hal itu...bukan hanya karna beliau berdua adalah orangtua kami, tapi juga karna kenyataannya begitulah keistimewaannya...bagaimanapun kekesalan yang terkadang ditimbulkan pada kami, kami tetap mengidolakan prinsip hidup mereka berdua...halus tegas yang bukan keras...bila keras, pun bertenang...sedikitnya begitu, sepenggal hirup sederhana dari umar maming dan puang sunah...
...selamat memaknai kemerdekaan sederhana dalam diri dan sekitar...
...jreeng...
[caption id="attachment_319458" align="alignnone" width="150" caption=""][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H