Mohon tunggu...
Imairi Eitiveni
Imairi Eitiveni Mohon Tunggu... -

PhD Student at University of Melbourne, Australia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ada Cinta di Amerika

31 Desember 2010   16:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lain lagi sewaktu baru sampe di Amerika Serikat. Di bandara liat ada pria kulit hitam, tinggi besar, dagu terangkat arogan. Dia jalan dengan tegak, angkuh, lurus menatap ke depan tidak berkedip. Saya teringat gangster2 di kota New York. Imajinasi saya berkelana. Tangannya yang dimasukkan ke kantong jaket itu memegang sepucuk pistol, yang akan dia gunakan untuk merampok toko oleh-oleh yang tadi saya kunjungi lalu kabur ke luar negeri menunggu polisi berhenti mencari untuk mulai beraksi lagi. Hiii.. cerem.

Pas papasan sama dia -untuk amannya, saya sudah memastikan jalan melarikan diri- tiba2 mendengar suara dari alam ghoib, “Assalamu’alaykum, sister”. SAYA SHOCK :-O .  Liat ke belakang, dia ga noleh, tetep aja jalan dengan angkuhnya. Oh gosh, baru disalamin sama pria kulit hitam tinggi gede serem. Jadi terharu :'-) . Maapin saya yang salah sangka sama situ ya.

Ga itu aja. Sering papasan sama pria-pria Timur Tengah atau muslimah berjilbab dan mereka menyapa, “Assalamu’alaykum, Sister”. Kalo ini mah ga kaget lagi, malah kadang saya duluan yang  nyalamin. Suka deh dipanggil sister, daripada ukhti (saudari perempuanku-Arab). Lebih berasa bener-bener jadi sister-nya :-D .

Lain lagi cerita saat ke Colombus Zoo. Waktu tinggal satu jam lagi untuk menjelajahi zoo #1 di USA itu. Bertekad menjelajah semua bagiannya, setengah berlari mencari bagian berikutnya. Sampai di persimpangan, bingung ambil yg mana. Lurus udah pasti ke bagian selanjutnya, tujuan saya. Belok kanan, cuma danau dan toko2 kosong.

Entah kenapa, ada dorongan yg kuat ke kanan. Akal bilang , “hey, itu hanya danau dan toko2 kosong, kita harus lurus, but my heart said ,“ke kanan bentar”.

Bertempurlah mereka berdua, sementara saya nonton. Hati menang dengan jurus pemungkas, “mintalah fatwa pada hatimu”.

Di kanan, cuma ada toko-toko kosong dan tempat duduk di pinggir danau. Saya hampir pergi lagi, nyesel kenapa tadi kesini, saat ekor mata menangkap dua orang pria sedang salat di teras toko yg tutup itu.

Ternyata ini sebabnya kenapa hati bersikeras kesini. Saya belum salat zuhur, astaghfirullahaladzhim. Selama disana, waktu salat bener-bener harus dijaga karena ga ada azan dan jadwal salatnya beda.

Pasca wudhu, saya ketemu dua orang pria tadi. Salah satunya nyapa, “do you wanna pray, Sister?” saya ngangguk.

“Qiblah is that way”, katanya sambil nunjuk timur laut.

Abis solat, pria yg sama bilang , “I am glad to see you care about your praying. Most of people don’t, they just simply ignore it. You know, when a muslim loves his brother or sister, he has to say it. Now I want to tell you that I love you because of Allah… ”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun