Mohon tunggu...
Imaduddin Kamal Thoriq
Imaduddin Kamal Thoriq Mohon Tunggu... Konsultan - mahasiswa PWK'19 UNEJ

191910501048 S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kajian Teori Lokasi Pada Industri Perkebunan Karet Renteng PTPN XII, Kabupaten Jember

21 Maret 2021   23:43 Diperbarui: 22 Maret 2021   00:31 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyadap mengumpulkan getah karet di perkebunan karet Renteng, Jember. Foto/SINDONews/Ali Masduki 

Latar Belakang

Sebelum merencanakan suatu wilayah atau kota, terdapat 3 aspek utama yang wajib diperhatikan oleh seorang perencana, yaitu aspek fisik, aspek sosial dan aspek ekonomi. 

Dari ketiga aspek tersebut, salah satunya yaitu teori lokasi dan analisis ekonomi (Spatial Economic Analysis) yang menjadi landasan pokok Ilmu Ekonomi Wilayah dan Kota. 

Teori lokasi merupakan ilmu yang mengkaji tata ruang dalam kegiatan ekonomi, alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungan atau pengaruhnya bagi keberadaan berbagai macam kegiatan baik ekonomi maupun sosial. (Tarigan, 2006:77).

Negara Indonesia dengan luas perkebunan terbesar di dunia memiliki potensi sebagai penghasil karet terbesar di dunia. Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting. 

Berdasarkan data FAO, Indonesia adalah negara produsen kedua karet di dunia. Di Jawa Timur sendiri, produk karet terbaik yaitu kategori karet sheet dari Jember dengan merek "Renteng" yang merupakan hasil pabrik Renteng PTPN XII. Kebun Renteng PTPN XII adalah kebun karet terbesar di Jember dan diekspor di Jerman, Inggris, Perancis, Amerika, Cekoslovakia, dan India.

Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam esai ini adalah bagaimana kaitan antara teori lokasi dengan industri karet PTPN XII Kebun Renteng di Jember.

Teori Lokasi Weber

Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh Alfred Weber pada tahun 1929. Pemilihan lokasi industri menurut teori weber didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya dan sebaiknya diletakkan di lokasi yang memiliki biaya sewa lahan seminimal mungkin. Lokasi dengan total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal akan berdampak pada tingkat keuntungan yang maksimal. Menurut Weber, terdapat tiga faktor yang memengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah pekerja dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi industri.

Menurut Weber, industri dikelompokkan dalam dua jenis kecenderungan lokasi industri., yaitu berdasarkan dimana bahan bakunya mudah tersedia ataupun lokasi yang lebih dekat dengan pasar.

  • Weight Losing, yaitu Industri yang hasil produksinya lebih ringan dari bahan bakunya setelah melalui berbagai proses produksi. Lokasi pabrik pada industri Weight Losing sebaiknya direncanakan lebih dekat dengan sumber bahan baku dikarenakan biaya transportasi bahan baku akan lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya transportasi produk jadi menuju ke market (pasar).
  • Weight Gaining, yaitu Industri yang hasil produksinya lebih berat dari bahan bakunya setelah melalui proses-proses produksi. Lokasi pabrik pada industri Weight Gaining sebaiknya direncanakan lebih dekat dengan market (pasar) karena biaya transportasi produk jadi lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya transportasi bahan bakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun