Namun, bagi masyarakat Bali, Tabuh Rah bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi spiritual yang menyelamatkan harmoni kosmis. Mereka percaya bahwa menjaga tradisi adalah bentuk penghormatan kepada leluhur dan budaya. Dengan demikian, meski beberapa elemen mungkin disesuaikan, inti dan filosofi Tabuh Rah tetap dijaga.
Dalam pandangan kontemporer, Tabuh Rah telah menjadi simbol bagaimana budaya Bali menghadapi modernisasi tanpa kehilangan jati diri. Tradisi ini terus menjadi bagian penting dari warisan budaya, memberikan pelajaran tentang keseimbangan antara mempertahankan akar budaya dan beradaptasi dengan dunia yang berubah.
Tabuh Rah, lebih dari sekadar ritual, adalah pengingat akan kekayaan filosofi kehidupan masyarakat Bali yang menghargai harmoni. Dengan cara inilah, Bali mengajarkan dunia bahwa menjaga keseimbangan tidak hanya tentang teknologi atau inovasi, tetapi juga tentang mendalami nilai-nilai tradisional yang diwariskan lintas generasi.
Referensi
- Geriya, I Wayan. (2000). Upacara Adat dan Tradisi di Bali. Denpasar: Bali Aga Press.
- Hobart, Mark, et al. (1996). The People of Bali. Oxford: Blackwell Publishers.
- Lansing, J. Stephen. (2007). Perfect Order: Recognizing Complexity in Bali. Princeton University Press.
- Pendit, Nyoman S. (1979). Bali: The Island of Temples. Singapore: Oxford University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H