Pribahasa mengatakan “Lidah kita, Pedang kita”. . .
Dalam kata lain dapat diartikan bahwa Pedang bermakna senjata untuk membela diri atau membunuh orang lain.
Masyarakat mengenal lidah sebagai metafora bahasa. Ketika seorang penutur hendak melontarkan olokan atau celaan, dia pasti memainkan lidahnya. Bahasa merupakan peristiwa bertindak. Para linguis mengakui bahwa perkataan yang terucap ataupun tertulis bisa digunakan untuk melakukan apa saja, termasuk tindak kejahatan.
Menurut salah satu pemerhati politik bahasa dan pengkaji perkara linguistik forensik, kasus sengketa bahasa sangat bervariasi, antara lain perkara yang melibatkan petinggi negara dan perkara olok-olok di kalangan selebriti. Perkara yang berbau SARA (suku,agama,ras, dan antargolongan) cukup berat untuk ditangani. Namun, semakin berat kasus yang ditangani, semakin menantang pula pekerjaan kebahasaan itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI