Mohon tunggu...
Ilyas Rahman
Ilyas Rahman Mohon Tunggu... profesional -

lagi mengembara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin dan Pesan Imam Al-Gazali

17 Februari 2015   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti perkembangan politik dan hukum di masa pemerintahan presiden jokowi mengingatkan saya pada sebuah pesan yang disampaikan oleh seorang ulama besar (Imam Al- Gazali). “Sesuatu yang paling berat dalam hidup ini adalah amanah dan yang paling tajam adalah lidah,” demikian kata beliau. Semua orang dilahirkan menjadi pemimpin dalam kapasitasnya masing-masing. Dalam konteks pemerintahan, sesorang berhasil memimpin pedukuhan, belum tentu berprestasi ketika menjabat sebagai lurah. Demikian juga seseorang memiliki trade record baik sebagai bupati/walikota, belum tentu berhasil ketika mengemban amanah sebagai gubernur,apalagi presiden. Mengurus negeri seluas Indonesia dengan kompleksitas permasalahanbesar dan rumit dibutuhkan pemimpin yang paham betul problem-problem bangsa, tegas dan memiliki konsistensi serta komitmen yang kuat, tidak mudah terombang ambing oleh pengaruh kekuatan besar yang memiliki kepentingan pribadi maupun kelompok.

Besar dan beratnya amanah jika tidak berbanding lurus dengan kapasitas yang dimiliki, kehancuran tinggal menunggu waktu. Kenaikan BBM (walaupun sekarang sudah turun) yang mencekik nadi kehidupan masyarakat, pemberhentian kapolri secara mendadak tanpa alasan yang jelas, pengangkatan Plt kapolri tanpa koordinasi dengan DPR, merekomendasikan BG (sebelumnya sudah terindikasikan terlibat dalam kasus pidana)- dan diloloskan DPR saat fit and propertest sebagai calon kapolri, konflik KPK dan polri semakin tajam adalah catatan miring (kesalahan besar) pemerintahan Jokowi.

Lidah sudah membuahkan janji-janji, amanah sudah di atas pundak. Masyarakat menunggu realisasi janji-janji kampanye dulu. Jika tidak meresapi kondisi bathin masyarakat, tensi perlawanan semakin meningkat, keributan tidak menemukan titik akhir. Hati-hati mengambil keputusan, jika tidak, black history akan tercipta di negeri ini. Impeachment adalah sesuatu yang mudah saja terjadi. Tentunya kita semua tidak menginginkan hal ini terjadi.

(Kota Jogja dimalam hari jadi Kota Gudeg, 17 Februari 2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun