Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Wow, Tempat Pembuangan Sampah 500 tahun Jadi Paru Paru Kota!

5 Januari 2012   11:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:18 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_161501" align="aligncenter" width="541" caption="Taman ini dulunya Tempat Sampah selama 500 tahun! Foto by Muassis Andang"][/caption] Kebayang gak, kalau suatu area seluas puluhan hektar yang biasanya jadi tempat sampah selama 500 tahun di Kairo bisa jadi taman yang begitu hijau dan indah? Istilahnya jadi paru paru kota Kairo! Walah, aku sampai geleng geleng kepala pas tahu informasi tersebut. Tahunya pas kami jalan jalan ke gallery art yang ada di dalam taman Al Azhar ini. Di dinding-dinding gallery art  terpampang sejarah pembangunan taman, lengkap dengan pengerukan sampahnya segala. [caption id="attachment_161503" align="aligncenter" width="417" caption="Peta Al Azhar Park, seluas 30 ha. Foto by Muassis Andang"]

1325760028474537931
1325760028474537931
[/caption] Kok bisa sampe 500 tahun? Kota Kairo sendiri emang kota tua yang dibangun sekitar tahun 900-an M oleh Dinasti Fatimiah di Mesir (nenek moyangnya Aga Khan). Pionernya adalah Amr bin Ash, penakluk Mesir, ketika menempatkan barak tentaranya di Fustat tahun 642 M, dan menjadikannya ibukota Mesir. Fustat sendiri sekarang menjadi bagian dari kota Kairo (old Cairo). Jadi perkiraanku, sampah disana numpuknya ya sejak tahun 1400-an lah. [caption id="attachment_161505" align="alignleft" width="300" caption="Air Mancur depan Gerbang. Foto by Muassis Andang"]
1325760279496208360
1325760279496208360
[/caption] Taman Al Azhar yang seluas 30 hektar, dibangun tahun 2000, dengan biaya dari Aga Khan IV. Enak ya, pemerintah Mesir, gak keluar duit sepeserpun untuk membangun taman indah ini. Proses pembangunan memakan waktu selama 5 tahun, dengan biaya sekitar Rp 270 Milyar. Ketika mulai membangun lokasi ini, sampah yang terakumulasi selama 500 tahun di olah dengan macam macam cara. Sampah itu diangkut hingga menggunakan 80.000 truk, pada umumnya untuk membuat kontur pebukitan tertinggi, sehingga bisa melihat view yang indah sekali, baik ke arah kota Kairo maupun ke arah benteng Salahudin lengkap dengan mesjid ala Turki yang indah banget. [caption id="attachment_161507" align="aligncenter" width="614" caption="View benteng dan Mesjid Salahudin. Foto by Muassis Andang"]
132576061763212384
132576061763212384
[/caption] Sampah di negeri gurun memang beda dengan sampah negeri tropis (Indonesia). Kalau negeri gurun, sampah cepat mengering karena kondisi udara yang tidak lembab serta tidak ada hujan. Sehingga tidak begitu bau dan tidak ada leachet (air sampah yang mengalir karena hujan dan bisa mencemari air tanah). Sementara sampah negeri tropis, karena kondisi udara lembab dan sering hujan, sampah berbau, serta menjadi sumber penyakit, karena lahan subur bagi pertumbuhan jamur dan bakteri. [caption id="attachment_161510" align="alignleft" width="300" caption="Kontur Berbukit, view kota Kairo. Foto by Muassis Andang"]
1325761155302190482
1325761155302190482
[/caption] Makanya, di dalam eks tempat pembuang sampah seluas 30 hektar di Kairo ini, juga ditemukan 3 mata air yang besar sekali dan masih murni alias seger. Diameter mata air itu mencapai 80 m! Sumber mata air ini tidak tercemar atau terkontaminasi oleh tumpukan sampah yang berjibun selama ratusan tahun itu. Proyek pembuatan taman ini turut merestorasi, dan melindungi sumber mata air  yang sangat berharga bagi negeri gurun seperti Mesir ini. Melihat pembuatan taman diatas, sebenarnya tempat pembuangan akhir (TPA) semacam Bantar Gebang yang seluas 10 hektar juga bisa berbenah. TPA Bantar Gebang sudah mengakumulasi sampah sebanyak 6000 ton. Bisa aja jadi taman, karena proses dekomposisi bahan organik bisa menjadi pupuk kompos, sehingga lahan jadi subur. Tetapi bisa juga dibuat industriliasasi TPA, seperti kontrak yang diteken Pemda DKI dengan pihak investor, sebesar Rp 700 M, untuk membuat pupuk organik, sumber energi, dan lan lainnya itu (sumber: Kompas.com). Yang jelas, pembenahan TPA Bantar Gebang ini harus segera dilakukan, agar masyarakat sekitarnya tidak terkena getahnya, baik bau yang menyengat maupun kontaminasi udara dan air tanah oleh polusi sampah. Ya sudah, Salam Kompasiana!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun