Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah Tak Biasa Kaysan, si Kecil Pengamat Burung

3 Mei 2016   12:18 Diperbarui: 3 Mei 2016   12:44 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mumpung hawanya masih Hardiknas, jadi inget anak-anak yang tidak bersekolah biasa, baik sekolah umum maupun sekolah internasional. Salah satunya Kaysan (12 tahun) yang tadi malam muncul di Metro TV sebagai seorang anak yang gemar mengamati burung atau belajar tentang burung (Ornitologi).  Kaysan sekolah umum  sampai kelas 3 SD, kemudian Kay sekolah di rumah, alias home schooling. 


Asyiknya anak yang bersekolah di rumah, belajar tak terkendala waktu dan tempat lagi. Kay bisa menekuni hobinya mengamati dan belajar mengenai berbagai macam burung. Kecil-kecil sudah jadi ornitologist. Unik loh, burung-burung yang jadi bidikan Kaysan. Hayyo, mesti pada gak tau ya, kalau nama-nama burung ini ada di Indonesia: blekok sawah, kipasan belang, mebrah cerukruk, cekakak sungai, bondol haji, wiwik kelabu dan seterusnya. Bidikan Kaysan tersebut masuk dalam jurnal MIkail Kaysan (28 posting) yang dikumpulkan oleh Kehati (sumber: biodiversity warriors by Kehati). Kaysan mengumpulkan foto-foto burung dan ulasan mengenainya di blog pribadinyanya, yaitu: catatankaysan.weebly.com

Pengetahuan Kay soal burung tentu bukan sekedar disimpan. Tetapi untuk merawat keanekaragaman burung Indonesia yang ternyata kaya sekali. Indonesia tertinggi loh, dalam soal kekayaan jenis burung endemik. Banyak jenisnya dan sangat indah. Dengan pengetahuannya, Kay sering bebagi ke anak-anak lainnya. Kata Kay, burung bukan untuk mainan, dibidik, dikurung (bukan hanya hobi anak-anak, juga hobi banyak bapak-bapak loh!). Tetapi untuk tetap terbang di habitatnya, alam ini. Fitrahnya alami burung adalah untuk terbang bebas.

Sekolah tak biasa Kay memang unik. Walaupun home schooling, bukan berarti belajar hanya di rumah. Tetapi malah Kay belajar dengan bertemu banyak sekali komunitas di luar sana yang aktif dan kreatif. Apalagi ibunya, Syanti adalah aktivis lingkungan, penggiat pengurangan penggunaan plastik dan membuka taman bacaan untuk anak-anak lingkungannya di rumah. 

Bagaimana Kay mengikuti kurikulum nasional? Kay mengikuti ujian paket saja. Makanya tadi malam di acara Metro TV tersbeut dia nanya ke Mendikbud, kenapa sertifikat paket A lama keluarnya? Eh Mendikbud malah bilang, nanya ke Dinas Pendidikan aja.  Padahal, bukankah harusnya ada SOP kapan sertifikat ujian paket itu keluar secara nasional? Apa karena ini belum menjadi perhatian Mendikbud? 

Ya sudah gitu aja. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun