[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Mahasiswa Asing Program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Pelajar Asing) bermain gamelan | Kompasiana (Kompas.com / Fitri Prawitasari)"][/caption] Beberapa waktu yang lalu, adik ipar saya yang kuliah di Ekonomi UI cerita kalau banyak mahasiswa asal Korea kini kuliah di UI. Lah, tentu saja saya heran, bukannya di negaranya Universitas malah bagus-bagus? Kalau kata iparku itu, mungkin karena masalah biaya kuliah yang sangat mahal di sana, dibandingkan dengan kualitas UI yang juga lumayan baguslah untuk Asia. Ya mending ke UI, gitu kali. Tetapi mungkin juga karena sekalian ingin mempelajari budaya Indonesia, atau kali aja mau menjelajah keindahan Nusantara. Bisa juga mau cari jodoh orang Indonesia, atau malau mau nyebarin budaya K-popnya? Tau deh. Yang jelas, total mahasiswa asing yang belajar di universitas di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2013 saja meningkat 20%, mencapai 10.000 orang. Malah banyak juga yang berminat kuliah di UIN. JIka perguruan tinggi lebih berbenah lagi, tentu akan semakin banyak warga asing yang kuliah di Indonesia. Dan ini bisa menguntungkan dari sisi finansial (biaya untuk mereka beda donk dengan WNI), sehingga bisa subsidi silang dengan mahasiswa tidak mampu negeri sendiri. Selain itu mereka bisa menjadi duta mengenai Indonesia ketika kembali ke negaranya masing-masing. Sayang, kasus yang dialami oleh seorang mahasiswi Malaysia di Unpad, Bandung, bisa jadi memperlihatkan sisi kehidupan kampus yang tidak kondusif bagi dunia pendidikan. Seorang mahasiswi Unpad asal Malaysia diculik di depan kampusnya ketika hendak mengambil uang di ATM. Jarak ATM ini hanya 400 m dari gerbang kampus. Setelah diculik dengan mobil, kemudian diperkosa secara sadis oleh 3 orang. Mahasiswi ini juga dirampok uang, hape, perhiasan, sehingga tinggal baju yang melekat dibadan. Kejadian ini terjadi pada tanggal 16 Mei 2014 lalu. Sehari berikutnya (17/5) mahasiswi ini ditemukan warga dalam keadaan linglung dan lemah sekali. Sempat dirawat di RS Hasan Sadikin, tetapi kini sudah dibawa pulang ke Malaysia. Semoga kepolisian bisa segera menangkap 4 orang pelaku (yang memperkosa 3 orang, seorang menyetir mobil, tidak ikut memperkosa). Sayang CCTV yang terdapat didepan kampus tidak dapat menangkap mobil yang digunakan oleh pelaku ketika menculik korban. Duh, semoga korban segera pulih dari traumatiknya yang parah, dan pelaku dihukum seberat-beratnya. Berita penculikan, perampokan dan pemerkosaan mahasiswa ini segera menjadi perhatian media di Malaysia. Pemerintah Malaysia juga peduli dengan masalah ini, dan sudah mulai menyinggung nasib 700 mahasiswa lainnya yang sedang belajar di Unpad. Kedutaan Malaysia akan berbicara langsung dengan pihak rektorat Unpad untuk membahas keamanan para mahasiswa di kampus tersebut. Sikap pemerintah Malaysia tersebut tentu terkait juga dengan kesigapan polisi mengungkapkan kasus ini. Jika pemerkosa belum ditangkap hingga dihukum seberat-beratnya, bisa saja 700 mahasiswa itu ditarik pulang. Seharusnya kampus memang menjadi tempat yang kondusif bagi dunia pendidikan. Aman bagi mahasiswanya. Peningkatan keamanan bukan hanya dengan CCTV yang berfungsi optimal, tetapi juga petugas keamanan yang siap siaga di sekitar kampus, hingga asrama dan kos-kosan mahasiswa/mahasiswi. Dan untuk mahasiswi yang sering bertugas malam atau ke lab, sebaiknya juga menggunakan alat perlindungan seperti serbuk lada, atau alat setrum ringan yang bikin kaget. Jangan menyepelekan keselamatan, karena kadang incaran bahaya datang tidak terduga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI