[caption id="attachment_353390" align="aligncenter" width="400" caption="Sebuah Kapal di Sunda Kelapa. Foto by ILyani"][/caption]
Usai sholat subuh kemarin, suamiku ngajak ke pelabuhan Sunda Kelapa. Yups, boleh deh, tetapi walaupun ngajaknya abis subuh, eh berangkatnya molor juga, lewat jam 7 baru kami meluncur ke sana mengendarai mobil.
Beberapa tahun lalu saya pernah kesini, ikut suami yang membawa tamu dari Belanda. Terus terang ketika itu masih rada miris lihat kondisinya. Walaupun banyak turis asing, tetapi tempatnya kotor, berpasir dan bau sekali. Ketika itu ngebatin, tempat ini punya potensi wisata kok gak dikelola profesional ya.
[caption id="attachment_353392" align="aligncenter" width="300" caption="Aktivitas Bongkar Muat,masih manual. Foto by Ilyani"]
Sekarang ketika datang ini, lumayan deh, sudah rapihan. Tanah yang dulu berpasir sudah dibeton. Galangan kapal dibuat lebih rapi. Dan baunya hanya bau khas air laut bercampur amis, yang tidak separah dulu.
Begitu sampai di galangan kapal, berderet-deret kapal kayu tradisional dengan nama yang unik. Ada Berkah Ilahi, Taufik Ilahi, Berkah Rejeki, dan seterusnya. Ketika saya tanya pemilik kapal ini siapa saja? Katanya kebanyakan adalah orang Bugis. Ehmm, berarti ini kapal Pinisi, kapal yang secara filosofi menggunakan 2 tiang utama sebagai simbol dua syahadat, dan 7 tiang kecil yang menggambarkan jumlah ayat Alfatihah.
Kapal-kapal ini cukup besar, dan di pagi ini terlihat beberapa kapal melakukan aktivitas bongkar muat. Ada semen, karungan pasir, dan minuman kemasan dalam kardus. Cara masukin ke kapalnya sangat manual sekali. Ya cukup dilempar, dengan gesit awak dalam kapal menangkap karungan tersebut. Yaelah, modernan dikit napa. Pake mesin derek kek, biar sekali angkut satu truk, hehee. Ini saja cukup memakan waktu. Dan kalau dari segi penyaluran logistik, lama proses loading dengan lama dijalan merupakan ongkos yang harus dibayar konsumen, sehingga produk Indonesia kapan kompetitif harganya?
[caption id="attachment_353393" align="aligncenter" width="532" caption="Kapal kayu berderet. Foto by Ilyani"]
Pelabuhan Sunda Kelapa memang masih digunakan untuk pengangkutan logistik antar pulau di Indonesia. Tentu saja pengangkutan dengan kapal kayu ini jauh lebih murah dibandingkan dengan kapal kargo dari tanjung priok. Kenapa bisa lebih murah? Karena kapal Pinisi menggunakan kayu yang terjangkau dan dibuat oleh tangan-tangan ahli nelayan, bahkan biasanya turun temurun. Sementara kapal kargo,misalnya yang dibuat PT. PAL, harga bisa ratusan kali lipat, dan tentu ongkos logistiknya lebih mahal lagi.
Sebenarnya ada 2 posisi strategis Sunda Kelapa sekarang:
1. Sebagai sarana pelabuhan pengangkutan logistik antar pulau yang terjangkau. Selain itu lokasinya sangat strategis, dekat dengan Glodok, Mangga Dua, Pasar Baru, dan pusat perbelanjaan lainnya, sehingga jika dioptimalkan dengan bagus, termasuk pelayanan pelabuhan yang canggih, bisa mempercepat arus barang antar pulau