Gimana gak menggemaskan yak. Ada 250 juta rakyat yang butuh konsumsi produk, baik barang dan jasa. Populasi keempat terbesar didunia.
Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak main-main. Nambah tiap tahun setara penduduk Singapura, sementara di belahan dunia lain tingkat pertumbuhan penduduk sudah banyak yang negatif. Jadi inget kalo ke RS Ibu dan Anak, lihat bayi banyak banget deh, hehee. Tang kintang kintang kintung. Eh, hihii.
Bayi aja butuh produknya banyak banget. Dari popok, baju, mainan, dstnya. Nahloh.
Sudah gitu, yang menarik, budaya masyarakat kita juga konsumtif banget. Doyan belanja, kongkow sambil ngemil, ngopi, dan gampang terpengaruh iklan. Bahkan MLM luar negeri sukses berat disini. La wong banyak yang beli sekedar pertemanan, persaudaraan.
Sayangnya, seharusnya ini potensi produk dalam negeri untuk menguasai pasar. Misalnya untuk mainan anak aja. Kenapa tidak ada sentra industri mainan anak?
Daya saing produk Indonesia emang kegerus biaya mahal. Listrik mahal, Â tenaga kerja demo mulu, upah naik terus, biaya logistik jebol (macet). Belum lagi kalo ada pungli di tiap pengkolan.
Jadi siap- siap konsumen Indonesia diserbu produk murah meriah, tetapi dengan kualitas yang meragukan. Bisa jadi konsumen Indonesia hanya jadi pasar, tetapi tanpa perlindungan yang memadai dari pemerintah. Hanya jadi korban.
Lihat saja kasus Aliya yang wafat karena praktik klinik ilegal dengan dokter asing, bisa buka di mall mewah. Kok bisa didepan mata gitu? Dokternya tanpa lisensi Kemenkes lagi. Kenapa gak diawasi?
Aspek lemahnya perlindungan itu dari sisi legalitas produk yang masuk hingga pengawasan ketika produk sudah ada di pasar. Mana laboratorium di Indonesia memble lagi, juga tidak tersebar merata dari Sabang hingga Merauke.
Kemudian, aspek penindakan hukum juga. Apa sanksinya jika merugikan konsumen? Betapa sulitnya jika kejadiannya disini, principalnya jauh disana. Konsumen mau gugat juga mikir.
Yang jelas, di negeri ini, mari kita lindungi diri kita sendiri baek-baek. Cermat memilih produk. Pastikan membaca komposisi (ingridients) pada kemasan produk, juga expired date (ED)nya. Oh iya ED ini bisa diakali kadang oleh importirnya, dikletek terus ditempel ED yang lebih lama, bisa aja.