Kemaren mertua dan 2 orang ipar yang naik haji pulang. Sepertinya kloter pertama deh. Dengan kepulangan ini, wah berarti ponakanku 3 orang yang dimomong selama ortunya naik haji, mesti diserahkan lagi ke ortunya. Termasuk si baby, yang alhamdulillah tidak rewel selama ditinggal.
Nah, seperti biasa, kalau pulang gitu, mertuaku dan ipar-ipar tidak langsung ke rumah, tapi jujuk di mesjid untuk sholat syukur. Setelah itu, baru seru-seruan cerita selama disana...
Cerita yang menarik, diantaranya, kemudahan selama menunaikan ibadah haji. Pulang-pergi ke Masjidil Haram, termasuk sempat memegang hajar aswad dan bahkan iparku itu sempat sholat di hijir ismail. Padahal kalau yang namanya tawaf gitu mah kita tinggal terikut arus manusia. Namanya orang Indonesia kecil imut gitu, mesti suka rada tergencet oleh orang-orang gede dari Timteng, Asia Selatan ataupun Afrika.
Mereka bercerita gimana tawaf. Tawaf bersama jutaan manusia. Seperti awan berarak berputar mengeliling satu pusat. Seperti gelombang yang indah mengelilingi Yang Satu...terpusat dan fokus.....gitu kata iparku yang ketika tawaf seperti meringankan tubuhnya. Sama sekali tidak menolak arus yang datang, tetapi mengikut gelombang, sambil berzikir tiada henti.
Kebetulan mereka pergi dengan ONH Plus. Jadi terorganisir sangat baik, di hotel bintang lima dan langsung berada di halaman Masjidil Haram. Walau aku rada heran, kok bisa hotel bintang 5 MNC (Multi National Company) bisa ada di halaman Masjidil Haram? Ups, gak boleh suudzon...:D
Tetapi apakah semua ONH Plus bisa bagus pelayanannya, walau bayar lebih mahal dari ONH reguler? Wah belum tentu. Jika ONH reguler bayanrnya tahun ini sekitar Rp 35 juta, ONH Plus bisa sampai Rp 100 juta lebih. Berarti hampir 3 kali lipat.Tetapi pelayanan bisa juga amburadul.
Seperti yang dialami oleh beberapa anggota DPR yang naik haji. Para anggota dewan ini haji dengan ONH Plus. Sayang, mulai dari urusan tiket saja penyelenggara tidak bertanggung jawab. Kemudian, para anggota DPR ini terlantar di Jeddah hingga berjam-jam karena bis tidak kunjung datang.
Jamaah juga disatukan hingga 6 orang per kamar, padahal tadinya dijanjikan bisa 2 orang per kamar. Begitu juga ketika hendak ke Arafah, mereka tersesat, karena pembimbing tidak tahu dimana tenda kelompok mereka. (sumber: warta kota, senin, 21 oktober 2013).
Yang aku herannya, jangan-jangan itu ONH Plus tidak resmi? Tidak berpengalaman? Seharusnya ada pengawasan secara tegas terhadap travel yang tidak resmi. Ataupun kalau resmi, memiliki track record yang tidak bagus tersebut.
Dengan kejadian seperti ini, tentu DPR bisa memanggil kemenag untuk tegas terhadap travel atau penyelenggara yang tidak profesional. Kalau perlu dilakukan audit terhadap travel tersebut. Penindakan tegas ini penting, karena anggota DPR saja bisa ditelantarkan, bagaimana rakyat biasa yang berhaji? Kadang keleleran, duduk di pinggir jalan saja.
Dan untuk jamaah haji yang pulang, semoga bisa menjadi haji mabrur...dan bagi haji yang berangkat dari hasil korupsi dan masih terus korupsi, bisa jadi bukan mabrur yang didapat, tetapi mardud (istilah kyai NU untuk haji yang gak berkah).