Ya ampun, dalam rangka mengejar sensasi, promosi es krim Walls menimbulkan banyak korban. Ini dia diantara korban tersebut:
1. Temen gue anaknya pingsan karena dorong-dorongan dan desak-desakan di Monas. Bukan dia aja, beberapa anak lain juga semaput. Ya iyalah, desak-desakannya bareng orang dewasa loh. Padet banget.
2. Taman Bungkul rusak parah. Tanaman terinjak-injak, kasihan banget. Padahal sudah dipelihara baik-baik, dibangga-banggain, ternyata hanya satu hari, jleb, langsung berantakan, amburadul.
3. Korban yang mengira dapat gratisnya semua jenis es krim. Ini juga kecele, eh ternyata setelah susah payah ngantri, dapetnya es krim ala kadarnya, yang ehmm, murah meriah gitu. Ini berarti pihak penyelenggara tidak menginformasikan kalau dapetnya cuman yang itu doank.
4. Korban kemacetan jalan, di Surabaya dan Bandung jalanan jadi macet banget. Orang bepergian kehabisan waktu. Semoga tidak ada ambulans yang kejebak di jalan ini.
5. Mengorbankan kebersihan dan keindahan kota. Ini juga, siapa yang bertanggung jawab, setelah habis makan es krim, sampahnya dibuang kemana?
6. Ruang publik digunakan untuk promosi, ini juga bikin warga yang pengen lari-lari, menghirup udara segar, jadi terganggu dengan gelombang massa yang datang. Padahal dalam rangka promosi komersial. Kalau komersial, pakai gedung gede yang disewa napa? jangan pakai yang gratisan, ruang publik gini.
Yang menjadi pertanyaan, apakah pihak Unilever sebagai perusahaan yang mengeluarkan es krim Walls sudah minta ijin kepada pemerintah setempat? Kalau Bu Risma dan Pak Ridwan bilangnya gak pake ijin. Keduanya marah-marah, karena menimbulkan kerugian keindahan taman kota dan kemacetan parah. Kalau di Jakarta atau kota besar lainnya, saya tidak tahu.
Lagian acara Car Free Day (CFD) di HI-Monas, setahu saya strict banget loh aturannya kalau mau ngadain acara disini. Soalnya kami beberapa kali ngadain acara, dibolehkan, tetapi dengan syarat: tidak boleh membagi-bagikan sesuatu! Karena bisa nyampah! Bagiin brosur aja tidak boleh! Lah ini bagiin produk seabrek-abrek gini kok bisa seenaknya?
Memang sih, banyak yang melanggar. Selalu saja ada yang bagiin sesuatu. Ya bunga, atau produk gratisan. Tetapi saya kasih tahu aja, kalau ketahuan itu gak boleh! Nah, masalahnya siapa yang mengawasi? Seharusnya ruang publik gini, ya dipakai untuk kegiatan masyarakat sajalah. Jangan bersifat komersial. Kalaupun komersial, ada rambu-rambu yang tegas yang mesti dibuat. Aduh, soalnya lama-lama, acara CFD gini bisa-bisa penuh dengan promosi produk lainnya!
Btw, eh, kok bisa nulis, ya, hihii. Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!