Baru saja lihat FB mahasiswa Indonesia yang di Mesir, soal maklumat Grand Syeikh Al Azhar, Mohamed El Tayeb mengenai konflik militer-IM di Mesir.
Inti pernyataan tersebut diantaranya adalah: bahwa Syeikh Al Azhar turut berduka cita mendalam atas darah dan nyawa yang telah tumpah. Dan bahwa rekonsiliasi antara pihak militer dan IM harus diwujudkan demi mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak lagi. Bahwa militer mesir, sebagai pihak keamanan, wajib menjaga keamanan warga mesir, dan menjaga jangan sampai ada lagi darah yang tumpah!
Himbauan lainnya kepada semua kekuatan politik: "Perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dan saya himbau agar Anda semua membuka pintu untuk perdamaian demi persatuan bangsa Mesir!"
Syeikh juga menghimbau Kristen Koptik Mesir: “Al-Azhar tidak pernah menganggap kemuliaan gereja-gereja kalian merupakan hal yang kecil. Pengrusakan yang dilakukan terhadap gereja-gereja tersebut bukanlah cerminan dari agama Islam dan Islam berlepas tangan dari hal tersebut.”
Dan yang penting, kepada masyarakat Internasional: “Sesungguhnya Mesir dengan semua komponen dan tokoh-tokohnya mampu melewati masa yang sulit ini dan dengan mudah bisa mengembalikan keadaan seperti semula jika negara-negara dunia mematuhi peraturan yang melarang intervensi terhadap negara lain. Dan Mesir lebih besar dari konspirasi apapun. Kami katakan bahwa Allah lebih besar dari kalian dan Allah maha berkuasa atas semua urusan-Nya tapi banyak manusia yang tidak mengetahui.
Itu adalah sikap Al Azhar. Soal posisi Al Azhar, memang dilematis. Di satu sisi, pendukung IM mencela habis sikap diam Al Azhar soal 'pembantaian' militer mesir. Kritikan keras ini termasuk dilakukan oleh Yusuf Qardawi terhadap institusi Al Azhar. Padahal, jelas-jelas Grand Syeikh Al AZhar juga mengkritik keras pembantaian itu.
Di sisi lain, Al Azhar memang harus memposisikan dirinya sebagai pihak yang netral. Karena bagaimanapun, siapapun yang berkuasa, Al Azhar harus tetap ada, sebagai universitas sumber pengetahuan islam yang paling terkemuka didunia. Memang, secara individu, tentu saja ada pembelaan terhadap pro Mursi. Misalnya yang dilakukan oleh seorang Syeikh, hingga beliau pun wafat akibat peluru militer Mesir.
Relasi Al Azhar & IM
Selama ini, hubungan Al Azhar dengan IM memang kurang harmonis. IM melakukan intervensi terhadap posisi pimpinan Al Azhar melalui peristiwa keracunan 'yang direkayasa' . Sebelumnya, beberapa mahasiswa Al Azhar memang mengungkapkan beberapa perbedaan tersebut. Misalnya, pimpinan Al Azhar lebih senang bersama dengan pimpinan Kristen Koptik, sementara IM lebih cenderung senang dengan kelompok Salafi.
Dan dari awal pemerintahan Morsi memang mengabaikan Al Azhar. Banyak pernak-pernik kecil yang menunjukkan hal tersebut. Jadi alih-alih merangkul Al Azhar, IM & Morsi malah ingin 'menguasai' Al Azhar.
Ketika kelompok Salafi menghancurkan situs-situs sufi di beberapa makam, para Syeikh Al Azhar termasuk yang paling bereaksi untuk tetap memelihara warisan sufi di Mesir. Sementara posisi IM lebih banyak mendukung Salafi. Sayang, menjelang kudeta, tiba-tiba Salafi 'mengkhianati' IM dengan mendukung militer.
Sekarang, posisi Al Azhar sangat strategis untuk bisa menjembatani militer - IM. Bagaimanapun, tidak seorangpun mampu mengatasi konflik di Mesir, kecuali mereka sendiri. Termasuk terkait militer mesir. Militer Mesir adalah bagian integral dari negara Mesir. Jelek dan biadabnya mereka tentu juga mencerminkan bagaimana negara mesir itu sendiri.