Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Era Megawati Era Feodal; Era Jokowi Era Kompetensi & Globalisasi

28 Januari 2014   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini lagi gencar deh kampanye Megawati dan Puan Maharani, baik melalui televisi, billboard maupun radio. Tokoh PDIP lain yang ikutan kampanye gak ada. Ibu dan Anak ini yang jadi maskotnya PDIP tampaknya. Terus, napa, masbuloh...masalah buat loe, hehee. Ya iyalah, masak ya iya donk...:D

Masalah, karena ini menyangkut nasib negara tercinta Indonesia ini.  Secara PDIP termasuk salah satu partai terbesar dan pamornya kian naik karena Jokowi, tetapi ya sayang. Kok pola kepemimpinan di PDIP itu masih sulit dibuat demokratis dan sesuai dengan prinsip-prinsip modern. Lah, yang diandelin anaknya.

Emang, PDIP itu partai keluarga? Milik pribadi? Kecuali memang ketika disandingkan dengan tokoh lainnya, terlihat kiprah nyata PM di masyarakat dan di partai. Kalau aku sih bilangnya, dibanding Rieke aja PM itu tewas deh, hehee. Maksudnya kemampuannya dalam penguasaan masalah, komunikasi dan ketegasan sikap. Menurutku loh.

Jadi, bagiku era model Megawati di PDIP adalah model zaman masa lalu di Indonesia. Karena masih feodal. Sudah, seharusnya kita tinggalkan model seperti ini. Karena didepan kita tantangan terbesar adalah daya saing masyarakat Indonesia.

Dan jika PDIP ingin berubah menjawab tantangan seperti ini, ya harusnya legowo, Jokowi yang maju menjadi capres. Era Jokowilah kompetensi menjadi andalan dalam mengatasi masalah. Peningkatan dengan serius daya saing masyarakat Indonesia. Di era globalisasi, di era pasar bebas ASEAN yang didepan mata.

Terus terang, kalau diskusi diforum mengenai kesiapan Indonesia menghadapi pasar bebas, rasanya miris banget. Kesiapan berbagai regulasi menyangkut peningkatan daya saing saja masih lemah sekali, termasuk buncit di antara sesama negara ASEAN. Padahal penduduk paling besar, pasar paling potensial untuk diserbu.

Di Pilipina, para tenaga kerja sekarang sudah banyak dilatih berbahasa Indonesia, disamping penguasaan bahasa Inggris. Soalnya tenaga kerjanya mau masuk ke Indonesia. Kemudian Thailand, produknya sudah dilengkapi dengan syarat halal, dan di Vietnam, program besar-besaran dari pemerintahnya, pelatihan bagi petani agar memenuhi persyaratan mutu hasil pertanian di pasar ASEAN. Yang menyedihkan, Indonesia tidak punya laboratorium rujukan untuk mutu produk di ASEAN. Laboratorium itu ada di Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Terus, perasaan ketidakberdayaan semakin menjadi ketika saya baru ketemu dengan seorang pegawai bank yang bilang, orang Indonesia cuman jadi kroco doank di perusahaan tempat dia kerja. Atasannya sudah orang dari Singapura, Pilipina dan India. Perusahaan itu ya ada disini, di Jakarta. Gimana tuh, jadi 'orang suruhan' di negeri sendiri. Negeri dengan 250 juta penduduk, keempat terbesar di dunia, tetapi dengan posisi hanya seperti itu?

Peningkatan daya saing itu harus serius dilakonin hingga ke desa-desa di seluruh penjuru Indonesia. Individu Indonesia yang memiliki kompetensi teknis, bahasa, kerja tim, kerja individu, sehat secara psikologis, dan memiliki budaya bersih, mencintai sungai, alam, mencintai pohon (eh, daftarnya kepanjangan gak, hehee).

Inilah Indonesia yang sehat, nasionalisme sejati, ketika warga Indonesia mampu menegakkan dadanya bersaing dengan bangsa lain.  Dan siapa yang mampu? Yang saya lihat sih ya pak Jokowi.

Ya sudah, gitu aja deh. . Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun