Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotiknya Sungai Nil dan Kisah Sepucuk Surat Umar ra

25 Juli 2011   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:24 1925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_124848" align="aligncenter" width="596" caption="Senja di SUngai Nil. Foto by Muassis"][/caption] Mentari bersinar cerah ketika kami jalan jalan di sepanjang trotoar sambil menyaksikan keindahan sungai Nil di Kairo, Mesir. Sungai Nil yang lebar nian. Tetapi cukup jernih. [caption id="attachment_124850" align="alignleft" width="300" caption="Kapal melintas. Foto by Muassis Andang"]

13115595721202657344
13115595721202657344
[/caption] Sungai Nil sungai terpanjang di dunia. Bersumber dari pegunungan Kilimanjoro di Afrika Timur dan bermuara di Laut Tengah. Sungai Nil melewati 4 negara, yaitu Uganda, Sudan, Etiopia dan Mesir, tetapi tampaknya Mesirlah yang paling banyak mengambil keuntungan dari aliran sungai Nil ini. Penopang kesuburan tanah Mesir. Penopang peradaban kuno ribuan tahun sebelum Masehi disini (sumber: wikipedia) Dan ketika kami jalan jalan ini, waduh, disini banyak banget pemuda menawarkan naik perahu. Perahu dengan musik arab yang dihidupkan sekeras kerasnya. Kami memang hendak naik perahu, tetapi pengen duduk duduk dulu dengan tenang. Sambil duduk ditepi sungai Nil ini, banyak sekali orang yang lalu lalang. Sama sama menikmati sore hari hingga mentari terbenam di tepian sungai Nil. Ada beberapa perempuan berkerudung dan pemuda dari Cina tampak disini. Pas kutanya ternyata mereka mahasiswa Al Azhar. Setelah duduk duduk dan berfoto foto, akhirnya kami naik perahu. Bayarnya sekitar 2 gini atau Rp 3000. Disini perahunya ngetem, nunggu penuh dulu. Sambil menunggu itu, ampiun deh, musik Arab dihidupkan keras banget. Dan beberapa penumpang perempuan 'turun' berjoget seirama musik arab tersebut. Jogetnya sensual nian, karena perut dan dadanya digetar getarin terus. [caption id="attachment_124851" align="aligncenter" width="598" caption="Malam Penuh Cahaya di Nil. Foto by MUassis"]
13115596541185399254
13115596541185399254
[/caption] Aku diajak joget juga. Wah aku gak bisa. Kalo nari ala kungfu bisa, he he. Musik terus dihidupkan, tari sudah berapa episode, tetapi perahu belum penuh juga. Lama banget. Sudah hampir penuh tapi belum berangkat. [caption id="attachment_124860" align="alignleft" width="300" caption="NIl dimalam hari. Foto by Muassis"]
13115602942042209029
13115602942042209029
[/caption] Akhirnya kami gak jadi deh. Naik lagi, dan duduk aja sambil minum teh di trotoar di tepian sungai nil. Malah asyik, menikmati keindahan sungai Nil menjelang mentari terbenam dengan tenang. Dalam tenang ini pula, aku teringat kisah yang amat kusuka tentang Umar bin Khattab dan sungai Nil. Konon, setiap bulan Juli-Agustus gini (musim panas), sungai Nil biasanya mengering. Untuk mengalirkannya, seorang gadis yang didandani cantik akan diceburkan ke sungai Nil. Katanya dengan cara itu, sungai Nil akan kembali mengalir. Nah, pada masa itu (tahun 642 M, kalo gak salah), Mesir baru saja ditaklukkan oleh Khalifah Umar melalui Jenderalnya yang smart, Amr bin Ash. Amr kaget mengetahui praktek ini, dan mengirimkan surat kepada Umar. Umar membalas surat tersebut, tetapi ditujukan kepada sungai Nil. Isi surat Umar ra kepada sungai Nil: Dari hamba Allah, Umar, Amirul Mukminin kepada Sungai Nil. Amma ba'du. Jika engkau mengalir karena kemauanmu, janganlah engkau mengalir. Tetapi jika engkau mengalir karena diperintah oleh Allah, maka aku mohon kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa agar menjadikanmu mengalir.' Surat itu dilempar ke sungai Nil. Tak lama, sungai itu langsung mengalir dengan ketinggian yang berlimpah, tetapi tidak sampai banjir. Hingga sekarang pun tidak lagi pernah kering. Ya, gitu deh ceritanya. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun