[caption id="attachment_317012" align="aligncenter" width="334" caption="Billboard Mega. Foto by Ilyani"][/caption] Kebetulan kemaren saya lewat bareng suami di kisaran Pancoran hingga Bendungan Hilir di Jakarta. Ketika melewati jalan MT Haryono, ada beberapa billboard yang mencolok di sini. Yang pertama saya lihat adalah Puan Maharani, lengkap dengan logo PDIP dan warna merahnya. Billboard ini gak sempet saya foto, karena jalanan lumayan lancar, dan mobil tak bisa berhenti. Bisa disemprit sama kendaraan di belakang. Tak berapa jauh, di jalan yang sama, billboard Megawati Sukarno Putri juga nampang dengan megahnya. Bukan hanya ini, ketika dalam perjalanan seruas pulang saja saya masih menemukan ada 3 billboard Megawati lainnya. Jadi ada 5 tuh, yang saya lihat. Dan tagline-nya sudah berubah. Bukan lagi Partainya Wong Cilik, tetapi Indonesia Hebat. Yang saya heran, kenapa Megawati harus ikut-ikutan nampang di Billboard gini yak? Apalagi di tengah kondisi banjir. Kan biaya bikin billboard gitu milyaran? Apalagi ini termasuk jalan utama. Kenapa gak disumbangkan saja ke korban banjir? Lebih berarti dan bermanfaat, daripada untuk sekedar nampang begitu. Selain itu, ada beberapa faktor yang juga menjadi keheranan saya, kenapa Megawati mesti nampang gitu: 1. Megawati termasuk tokoh yang paling populer se-Indonesia. Jadi dia gak perlu kenalin dirinya lagi ke publik, la wong orang sak se-Indonesia dah pada kenal. 2. Warga Jakarta adalah pemilih rasional. Ingat saja Jokowi bisa mengalahkan Foke yang billboard-nya merata di sudut-sudut Jakarta. Dan kalau diingat sejarahnya, Jakarta ini selalu suka hal-hal yang memberi harapan dan membawa perubahan. Walaupun belum tentu terwujud. PDIP pernah berjaya di Jakarta tahun 1999, kemudian tahun 2004 PKS-lah yang berjaya, tahun 2009, Partai Demokrat mengambil alih. Jadi tahun 2014 ini, bagi warga Jakarta, track record yang paling penting. 3. Rakyat lebih kena disentuh oleh perbuatan. Kepedulian, komunikasi langsung, empati merasakan penderitaan, termasuk bagi korban banjir, daripada nampang di billboard yang menghabiskan milyaran rupiah gitu. 4. Nampangnya Megawati secara lumayan massif di Jakarta ini membuat saya mikir, jangan-jangan si ibu emang niat mau nyapres lagi? Selain Ibu Megawati yang nampang, Puan Maharani juga nampang loh! Jadi kesannya, PDIP emang milik trahnya Soekarno, dinasti di PDIP yang akan sulit ditembus oleh kader terbaik seperti apa pun! Ehmm, maksudnya Jokowi, gitu loh! Memang, denger-denger, Jokowi hanya dipasangkan sebagai cawapresnya Megawati. Aduh, kalau seperti ini, sungguh PDIP bakal kehilangan momentumnya, mengakhir masa oposisi. Jauh lebih bijak jika Mega undur diri, menjadi negarawan, penasihat agung negara, daripada mencoba nyapres yang ketiga kali, dan nanti bisa jadi gagal pula. Dan sebagai penguasa Jakarta/Gubernur Pemprov DKI yang tidak suka nampang di billboard, saya juga berharap Jokowi bisa menertibkan billboard kampanye yang kebanyakan di satu ruas jalan. Rasanya semak juga liat tampang-tampang gitu, hehee. Ya sudah, gitu aja, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H