Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Deg Deg-an, Lihat Orang Mesir Megang Anaknya

6 Februari 2012   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_168805" align="alignleft" width="300" caption="Cara Gendong Ala Mesir. Foto by Muassis Andang"][/caption] Memang, lain negeri lain pula adat istiadatnya. Begitu pula di Mesir ini. Termasuk perbedaaan dalam pola pengasuhan anak. Ketika mengurus perpanjangan paspor di bagian departemen investasi di mesir, aku ketemu ibu ibu yang membawa anaknya dengan digendong di atas pundak. Anaknya masih kecil banget, masih sekitar 1 tahun-an, terus gak dipegang lagi. Ibunya naik tangga, jadi anaknya tersebut goyang goyang kayak mau jatuh gitu. Ampiun deh. Belum lagi kejadian lihat orang Mesir maen sama anaknya yang masih bayi. Dilempar ke atasnya tinggi bener. Yaelah, kalo gak ketangkep gimana tuh. Dan dilempar ke atasnya bukan sekali, melainkan berkali kali. Namanya juga lagi maen sama anak. Biasa kali, cuma yang liatnya bisa deg deg-an. Takut gak ketangkep! Memang, pola pengasuhan anak di Mesir berbeda banget dengan yang biasa kualami di Indonesia. Ketika aku di Jakarta aja,kalo  megang bayi, ponakanku,  banyak banget diwanti wanti sama mertua. Hati hati bahunya lah, kepalanya, punggung lah. Semuanya harus dipegang bersamaan. Terus bayi juga harus dikekep dengan baju hangat dan selimut. Dibedong kayak kepompong. Katanya biar gak masuk angin. Di Mesir? Boro boro takut masuk angin. Lha anak kecil batita (bawah tiga tahun) atau balita (bawah lima tahun) gitu nongol kepalanya di jendela mobil yang lagi melaju di jalan raya,  malem malem dah biasa. Maen angin. Padahal namanya angin gurun, gak bisa sepoi sepoi, hehe [caption id="attachment_168806" align="aligncenter" width="410" caption="Anak Anak Mesir, Main Ular Ular-an. Foto by Muassis Andang"]

13285258571182211846
13285258571182211846
[/caption] Terus, yang kuamati anak juga suka dibiarin. Dan dibiasakan mandiri. Kayak si Hana, putri Osama yang baru 4 tahun, biasa aja makan sendiri, Dia juga sudah mandiri ke toiletnya. Kalau mau tak bantuin, jarinya digoyang goyang, isyarat bilang tidak. Mereka juga gak manja. Jarang nangis. [caption id="attachment_168807" align="alignleft" width="300" caption="Seorang Bapak main sama Anaknya. Foto by Muassis"]
132852614965674986
132852614965674986
[/caption] Jadi, anak anak ini pun gak ada takutnya. Sama orang asing juga berani. Sendirian lari lari di kegelapan bioskop juga berani. Dan jangan coba coba menggoda dengan mencoel pipi anak cowok. Bisa dibales pukulan! Apa ini juga mempengaruhi karakter ketika dewasa? Jadi berani, percaya diri tinggi. Tetapi cuek. Juga temperamen, dan gak halus bawaannya. Ini pengaruh pola pengasuhan yang terlalu permissif kali. Sementara orang Indonesia, karena pengaruh pola pengasuhan protective yang kadang over, bisa jadi gak gitu percaya diri, rentan sakit, dan suka terlalu khawatir terhadap sesuatu yang belum terjadi. Tetapi itu mungkin pola pengasuhan orang tua kita, atau jaman baheula. Sementara pasangan muda Indonesia tampaknya sudah banyak yang baca teori psikologis pengasuhan anak, dan mulai menerapkan pola 'keseimbangan' dalam pengasuhan anak.  Antara protective, permissif, demokratis, acceptance (penerimaan, ketulusan) dan lain lain. Ya namanya juga di negeri orang. Saling belajar dan menghormati kebudayaan yang kadang 'sangat' berbeda dengan kebudayaan kita. Ya sudah, Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun