Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Galau atau Seneng Sekolah Tatap Muka?

2 September 2021   09:50 Diperbarui: 2 September 2021   10:00 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mulai Senin tanggal 30 Agustus 2021, di DKI Jakarta sudah mulai sekolah tatap muka. Wah, ini menjawab kerinduan anak anak ketemu temannya kembali yak. Begitu juga ortu yang ingin anaknya kembali sekolah normal, terstruktur, dan yang penting, ehmm, punya me Time saat anak anak gak di rumah, hehe.  Maklum, selama sekolah online, ortu memang kudu mendampingi terus anaknya belajar. Kalau tidak, anak bisa mematikan fitur video n main kesana kemari (khususnya anak yang masih kecil, SD gitu). Puyeng dah bilangin anak supaya mantengin layar terus. 

Tetapi apakah sungguh sudah aman kembali ke sekolah? Ponakan saya yang kelas 2 dan 6 SD disalah satu sekolah swasta Jakarta,  Bundanya memilih masih sekolah online, ketika sekolah anaknya memberikan pilihan masuk atau tetap online. Jadi dari 20-an murid sekelasnya, hanya 10 orang yang masuk. Dia masih khawatir anaknya ketularan Covid, karena belum bisa vaksin juga (Masih di bawah 12 tahun). 

Sedangkan anakku, Adra yang kelas 1 SD, dari awal sekolahnya blended learning. Jadi memang sekolahnya online, dan gak terlalu lama juga per harinya. Hanya sejam, itupun gak tiap hari (2x seminggu doang). Sekolah ini mengutamakan eksplorasi anak sendiri, didampingi ortunya untuk belajar. Tatap mukanya paling sebulan sekali. Hanya sekolah gini bikin Yangtinya Adra khawatir, ini sekolah beneran atau enggak? Khawatir Adra ketinggalan dibanding cucunya yang lain. 

Yang jelas, pandemi ini telah membuat pola Belajar berubah. Apalagi kita gak tahu kapan pandemi akan berakhir. Ya gini, di Indonesia kasus turun, eh di AS sedang membludak, malah di Pilipina varian lambda sudah masuk. Jadi sebaiknya kita tidak menunggu kapan sekolah konvensional berlaku lagi. 

Terobosan kurikulum yang sesuai dengan kondisi pandemi dan kekinian (era koneksi virtual tanpa batas) harusnya segera dibuat. Yang gak memberatkan anak dan fokus pada hal hal penting yang harusnya dikuasai anak sebagai bekal hidupnya. Kombinasi tatap muka dan online bisa sebagai alternatif model pendidikan. Yang penting juga, guru guru seharusnya juga menguasai metode pendidikan seperti ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun