Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Bang Lendo Novo Pendiri Sekolah Alam

23 Agustus 2021   12:30 Diperbarui: 24 Agustus 2021   17:45 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Abang kira umur abang gak akan lama lagi" Itu kata bang Lendo ketika terakhir berkomunikasi dengan suami saya sekitar sebulan lalu.  Dan kemarin siang, kamipun mendengar berita duka ini. 

Bang Lendo wafat, siang Ahad sekitar jam 11, meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak. Inna lillahi wa Inna ilaihi roji'un. Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu. Ya, Allah terimalah beliau dengan sebaik baiknya disisi-Mu, dengan rahmat dan kasih sayang-Mu. 

Beliau wafat dalam keadaan damai banget, pagi masih olahraga jalan jalan sama istrinya, pulangnya masih meninjau rumahnya yang sedang renovasi, dan kemudian istirahat tidur, yang tak bangun lagi. Bang Lendo memang punya masalah jantung, jadi wafatnya diperkirakan karena sakit jantungnya itu. 

Kami menjadi saksi betapa baiknya beliau. Pernah ketika melihat Adra (anak kami usia 6 thn)  yang gak bisa diem, dia bilang, ini Adra cocoknya sekolah alam. Bisa bebas dan menyalurkan keaktifannya. Bang Lendo memang pendiri sekolah alam di  tahun 1998. Sekolah alam pertama ada di Ciganjur. 

Kemudian sekolah alam tersebar di seluruh Indonesia, walau bang Lendo tidak terikat lagi di struktur kepemilikannya. Yang benar benar dikelola oleh bang Lendo ada di Parung, School of Universe. 

Yang menarik adalah konsep pendidikan yang diusung oleh bang Lendo. Banyak orangtua yang terlalu fokus pada kelemahan anak. Bukankah kalau nilai matematika anak merah, anak dileskan matematika? Kalau menurut bang Lendo, yang dilihat adalah nilai tertinggi anak. 

Itu yang justru diasah, sehingga sang anak bisa fokus pada yang disukainya dan bisa menjadi sangat ahli atau disebutnya. sebagai maestro, di bidang yang memang disukainya. Kalau tak suka matematika terus diasah, diles, diajar pada matematika, paling nilainya naik satu doank, misalnya dari 5 ke 6. Tapi anak bisa stres, kesel, sementara yang benar disukainya jadi terabaikan, tak terasah.

Selain itu,  sebelum pandemi, bang Lendo juga punya keinginan yang belum terwujud hingga wafatnya.  Yaitu mendirikan univeristas online yang terjangkau bagi semua orang, sehingga siapapun bisa mengecap pendidikan tinggi. Konsep sudah disusun, termasuk kurikulum dsbnya,  sudah presentasi ke mana mana, tetapi sayang memang belum mendapat investor yang tertarik. 

Ketika pandemi datang, semua sekolah berbagai level pun menjadi online. Sayang, konsepnya jadi keteteran. Para ortu pun merasakan gimana kelabakan ya memberikan pendidikan di rumah bagi anak, sesuai kurikulum yang diinginkan sekolah. 

Selamat jalan Bang Lendo. Semoga mimpi besarmu bisa terwujud, bagi sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun