Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertamina dan Harga yang Tertukar?

9 Februari 2019   01:15 Diperbarui: 13 Februari 2019   08:15 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tadi membaca lagi di media betapa besarnya dampak harga tiket pesawat yang mahal ini. Di Soetta sendiri, terminal 1 yang mengangkut penumpang domestik menjadi sangat sepi. Ini mempengaruhi penghasilan para tenant (terutama resto makanan), poter, supir taksi hingga Damri. Penurunan pendapatan hingga lebih dari 50%.

Belum lagi jika memikirkan bahwa mobilitas manusia dari Jakarta ke daerah akan menstimulus perputaran uang di daerah. Tetapi ya gitu deh, harga tiket pesawat yang gak masuk akal sekarang ini membuat orang males berpergian, kecuali penting banget ya. 

Bukan hanya mobilitas manusia, cargo barang pesawat juga naik hingga 300%, sehingga amat memberatkan biaya logistik pelaku usaha.

Jika ditanyakan maskapai.kenapa harga tiket mahal, mereka menunjuk harga avtur yang dijual Pertamina kelewat mahal. Harga avtur membebani 40-50% biaya operasional pesawat. 

Yang gak masuk akal, harga avtur di Indonesia termahal di ASEAN. Padahal Pertamina menjual avtur yang sama di Singapura lebih murah sekitar 15%. Makanya tiket pesawat maskapai asing juga bisa lebih murah ke Sumatera, tetapi transit dulu di Singapura, Penang atau Kuala Lumpur. Jadi kudu pake paspor. 

Kok bisa sebuah BUMN, Badan Usaha Milik Negara Indonesia menjual avtur lebih mahal ke rakyat sendiri dibandingkan ke negara lain? Karena disana harga bersaing, sementara disini Pertamina monopoli, satu satunya penyuplai avtur? Jadi bebas menaikkan harga demi keuntungan sebesar besarnya? 

Parahnya lagi walau didalam negeri, tetapi jika penerbangan domestik Pertamina menjual lebih mahal dibandingkan penerbangan international. Kok bisa yak? Harga yang tertukar, tega sama rakyat negeri sendiri?

Apa karena keuangan Pertamina sudah lampu kuning? Tahun 2018 laba anjlok hingga lebih dari 80%? Selama 4 tahun ini Pertamina gonta ganti Dirut aja sampe 3 kali. Impor migas melonjak pesat, membebani neraca perdagangan hingga memecah rekor defisit negara terbesar pada tahun lalu?

Aneh cara cara Pertamina mencari untung. Pengalihan dari Premium ke Pertalite yang berharga ekonomi, 'dipaksakan' karena Premium 'dibikin' langka. Sekarang digenjot melalui penjualan avtur yang harganya memberatkan? Dan yang gak adilnya Pertamina justru menjual avtur lebih murah di Singapura? Jadi rakyat Indonesia mensubsidi rakyat Singapura? Duh Pertamina itu milik siapa yak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun