Ironis ya, setelah beroperasi selama 6 tahun, akhirnya operasional Trans Bali dihentikan pada bulan Oktober 2018. Trans Bali dimulai pada awal tahun 2012, membawa harapan baru pelayanan transportasi publik di Bali yang kian macet dengan kenderaan pribadi.
Trans Bali atau Trans Sabagita dimulai pada masa Gubernur Mangku Pastika di awal tahun 2012 dengan mengoperasikan 25 bus. Subsidi yang diberikan melalui APBD Bali sebesar Rp 13 Milyar, dari total APBD sekitar Rp 5 Triliun. Berarti hanya 0,26% saja. Kecil sekali.
Sayang operasionalnya kurang didukung dengan kampanye transportasi publik yang memadai dan pelayanan yang prima. Bus jarang datang, halte terbatas, jalur terbatas.
Akhirnya kian sepi. Pelayanan bukan ditambah, malah dikurangi. Bus yang beroperasi dikurangi tinggal 9, subsidi dipotong Rp 9,5 M, hingga tinggal Rp 3,5 M dan makin jarang kehadirannya. Akhirnya bus semakin kosong dan dihentikan operasinya.
Sayang banget. Padahal transportasi publik fungsinya bukan sekedar mengatasi kemacetan, tetapi juga bentuk pelayanan Pemprov Bali untuk mempermudah mobilitas rakyatnya sendiri dengan biaya terjangkau. Untuk warga asli Bali, PNS, anak sekolah, turis yang memang sukanya transportasi publik.
Jadi inget seorang pwrempuan asli Bali di Kuta, ketika kami tanya jalan arah ke Uluwatu, dia gak tahu. Ke tanah lot dia juga gak tahu. Dia bilang dia gak pernah kemana mana. Hanya di Kuta saja berpuluh puluh tahun disini.
Kalau turis banyak pilihannya. Dari sewa motor yang Rp 50 ribu/jam, sewa Mobil, sewa sepeda, dst, tetapi bukankah itu juga bikin jalanan makin padat dan polutif?
Jadi bukannya mengevaluasi agar fungsinya optimal, misalnya terintegrasi dengan bandara, makin sering beroperasi, ada aturan agar daerah tertentu yang macet banget tidak boleh dilalui kenderaan pribadi/sewaan, hanya trans Bali, maka bisa jadi trans Bali menjadi favorite andalan mobilitas di Bali.
Tetapi jika dihentikan, maka pelayanan publik di Bali seperti mundur ke belakang. Dikuasai oleh para pemilik rental Mobil, motor?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H