Kemarin lihat di Kompas TV, seekor ikan Paus Sperma ditemukan mati di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Wakatobi sendiri merupakan area Taman National Laut yang merupakan prioritas tinggi untuk konservasi laut. Tetapi kini juga sudah menjadi tempat wisata yang popular karena keindahan pantai dan lautnya.
Yang mirisnya ternyata ikan Paus tersebut mati karena banyaknya sampah Plastik ditubuhnya. Ada sekitar 5,9 kg?
Sekarang ancaman bagi kehidupan pantai dan laut memang sampah yang gak kira kira memasuki lautan. Bagaimana mengatasinya? Tentu tidak bisa hanya dari hulu mengandalkan kesadaran masyakarat untuk meninggalkan Plastik, tetapi juga perlu dari sisi regulasi dan infrastruktur teknologi pengolahan sampah zero waste yang harus dikembangkan.
Beberapa tahun lalu KLH sempat launching bahwa  konsumen di gerai modern tidak.boleh lagi pakai Plastik gratis, melainkan harus bayar. Tetapi aturan itu dibatalkan? Padahal untuk mengubah prilaku salah satunya melalui 'paksaan' regulasi.Â
Begitu juga prilaku membuang sampah sembarangan. Kadang melihat suatu kompleks perumahan mewah, eh gotnya penuh sampah plastik. Apalagi sungainya.Â
Sudah jadi kek tempat pembuangan limbah. Liat saja kalau musim hujan, sampah yang tertahan di pintu pintu air itu plastik.aneka macam hingga kasur busa, sofa pun kadang ada. Jadi enteng banget buangnya ke Kali.
Ini juga perlu regulasi tegas, sanksi dan denda bagi pembuang sampah, berikut pengawasannya. Percuma kan regulasi kalau gak ada yang ngawasin.
Memang beberapa daerah sudah mengembangkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R, atau Reuse, Reduce dan Recycle. Bahan bahan plastik yang masih bisa.didaurulang, dipakai kembali. Sementara sampah organik dibuat menjadi pupuk organik. Bahkan ada yang bisa dibikin jadi briket bahan bakar. Tetapi ujung sampah sampah plastik yang sudah sama sekali tak bisa dipakai kembali, kemana?
Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi pemusnahan sampah yang zero.waste, tanpa residue atau tanpa asap dioksin. Teknologi ini ada, misalnya melalui pirolisis, teknologi plasma, dimana pembakaran yang terjadi sempurna. Tetapi jika pembakaran tidak sempurna, maka yang dihasilkan adalah polusi udara beracun, asap dioksin.
Sampah plastik ini bukan hanya ancaman nyata bagi biota laut, tetapi juga bagi pariwisata pantai seperti Bali. Ada musim musim dimana angin laut akan membawa begitu banyak sampah ke laut Bali dan ke pantai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H